Salah satunya adalah saat dirinya masuk ke jeruji besi akibat kasus korupsi. Meski mendekam di balik jeruji besi, Nurdin Halid enggan melepaskan jabatannya sebagai ketua PSSI.
2. Djohar Arifin Husin

Djohar Arifin Husin merupakan ketua PSSI periode 2011 hingga 2015. Dalam masa jabatannya, ia mengeluarkan keputusan kontroversial kala merombak format kompetisi.
Djohar Arifin Husin merombak format kompetisi Indonesia Super League (ISL) menjadi Indonesia Premier League (IPL), yang membuat banyak klub menolak dan berujung pada dualisme hingga hadirnya sanksi FIFA.
3. Azwar Anas
Azwar Anas merupakan ketua PSSI periode 1991 hingga 1999. Dalam masa jabatannya, ia punya inovasi kala meleburkan Galatama dengan Perserikatan.
Namun tetap saja masa jabatannya berisikan hal kontroversial, salah satunya terkait adanya permainan kotor di Liga Indonesia, hingga sepak bola gajah yang dilakukan Mursyid Effendi bersama tim nasional Indonesia.
![Gubernur Sumut Edy Rahmayadi didampingi bidang kesehatan Satgas Covid-19 Sumut, dr Inke Lubis [Ist]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/12/02/67561-edy-rahmayadi.jpg)
PSSI dulunya sempat dipimpin oleh Edy Rahmayadi. Ia menjabat ketua federasi sepak bola Indonesia tersebut sejak 2016 hingga 2019.
Baca Juga: Ahmad Riyadh: Ketua Umum PSSI Tidak Harus Mundur
Selama menjabat sebagai ketua PSSI, Edy Rahmayadi melakukan beberapa tindakan kontroversial seperti menampar pendukung PSMS Medan dan juga menyebut Evan Dimas dan Ilham Udin Armayn tidak nasionalis karena bermain di Malaysia.
5. Joko Driyono
![Mantan Plt Ketua Umum PSSI, Joko Driyono (mengenakan rompi) digiring petugas sebelum meninggalkan Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (12/4). [Suara.com/Arief Hermawan P]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/04/12/75072-joko-driyono.jpg)
Seusai Edy Rahmayadi lengser, PSSI dipimpin oleh Joko Driyono. Tercatat, ia hanya memimpin PSSI selama beberapa bulan saja.
Selama menjabat ketua PSSI, Joko Driyono menjadi sorotan karena diduga terlibat pengaturan skor. Bahkan pada 2014 silam sebelum menjadi ketua, ia menggabungkan dua kompetisi di Indonesia yang hadir karena adanya dualisme.
Kontributor: Felix Indra Jaya