Akram Afif akan adu tajam dengan Musa A-Taamari yang acap dipasang sebagai penyerang kedua di belakang Yazan Al-Naimat.
Mereka menjadi tim serang yang satu sama lain berdiri vertikal, dalam formasi tiga bek tengah yang ditempati trio Abdallah Nasib, Yazan Al-Arab dan Bara' Marie dalam pola 3-4-2-1.
Pola yang tak pernah diubah oleh pelatih Tintin Marquez itu sejauh ini berhasil mengantarkan Yordania ke final, meski sekali gagal saat dikalahkan Bahrain dalam fase grup.
Di bawah asuhan pelatih Hussein Ammouta, Yordania berubah dari underdog menjadi favorit juara berkat meracik daya tahan atau ketangguhan dan determinasi.
Mereka mengawali turnamen ini dengan menggasak Malaysia 4-0, menahan seri Korea Selatan dengan 2-2, tapi menyerah 0-1 kepada Bahrain.
Dalam babak 16 besar, Yordania menaklukkan Irak 3-2 untuk menghadapi Tajikistan dalam perempatfinal yang mereka kalahkan dengan skor tipis 1-0 dari gol bunuh diri tim lawan.
Penampilan mereka kian bagus dalam semifinal ketika menghentikan tim bertabur bintang, Korea Selatan, dengan dua gol tanpa balas, yang dilesakkan Yazan Al-Naimat and Musa Al-Taamari.
Berkat memadukan serangan yang tajam dengan pertahanan yang solid, Yordania melampaui target sendiri untuk mencapai final Piala Asia pertamanya yang tak mustahil berakhir dengan membawa pulang trofi juara.

Musa Al-Taamari vs Akram Afif
Baca Juga: Tekad Hussein Ammouta Ukir Sejarah Bersama Yordania Sudah Bulat, Tak Peduli Qatar Juara Bertahan
Namun demikian, perjalanan lawan mereka, Qatar, dalam mencapai final Piala Asia dua kali berturut-turut juga tak kalah menawan. Muhibah Qatar ke final juga disertai dengan atraksi keterampilan dan ketahanan tim yang kuat.