Tapi Torino langsung bisa promosi ke Serie A semusim berikutnya. Di masa-masa itu, Torino mencoba bangkit dan meraih era keemasan dengan scudetto lainnya pada 1975/76.
Torino sempat kembali terdegradasi ke Serie B pada akhir musim 1988/89. Namun, lagi-lagi hanya satu musim berikutnya mereka mampu promosi ke Serie A.
Laju apik mereka terus berlanjut ke kompetisi Eropa dengan menjadi runner-up UEFA Cup (sekarang Liga Champions) 1991/92 usai kalah gol tandang dari Ajax Amsterdam.
Kebangkrutan Torino
Usai laju apik selama bertahun-tahun itu, Torino mulai mengalami masalah finansial sejak pertengahan 1990-an. Mereka berganti-ganti presiden dan jajaran manajerial.
Pada tahun 2005, FIGC (Federasi Sepak Bola Italia) akhirnya mengeliminasi Torino dari seluruh kompetisi karena masalah finansial.
Torino pun harus turun ke Serie B dalam upaya mereka membangun lagi klub hingga berganti nama baru menjadi Torino F.C.
Namun, mereka mampu kembali ke Serie A pada musim 2006/07. Sempat terdegradasi lagi ke Serie B selama tiga musim (2009/10-2011/12), Torino kembali ke Serie A dan bertahan hingga sekarang.
Mereka pun kembali bermain di Liga Europa pada musim 2014/15 yang menjadi penampilan pertama mereka di kompetisi Eropa sejak 1994.
Baca Juga: Ada Isu Jay Idzes Bakal Dibajak ke Klub Italia Torino, Begini Ceritanya
Stadion
Torino memainkan laga kandang mereka di Stadion Olimpico Turin (Olimpico Grande Torino), arena yang menjadi tuan rumah pembukaan dan penutupan Olimpiade musim dingin 200 dan kemudian menjadi stadion sepak bola setelah laga tersebut berakhir.
Dibangun di masa Benito Mussolini pada 1932 dan awalnya di beri nama sebagai penghormatan terhadap Il Duce, arena tersebut kemudian disebut Stadio Communale sebelum direnovasi.
Arena dengan kapasitas 27,900 tersebut menjadi salah satu stadion yang digunakan pada Piala Dunia 1934, dan juga menjadi kandang Torino dan Juventus dari tahun 50an hingga 1989, ketika Bianconeri kemudian pindah ke Stadio delle Alpi (dan kini Juventus Stadium).
Prestasi Torino:
7x Juara Serie A