Di Olimpiade 1936 Berlin, Jepang sempat jadi sensasi karena sukses mengalahkan wakil Eropa Swedia dengan skor 3-2. Bagi orang Jepang, momen ini mereka kenal dengan sebutan, 'Keajaiban Berlin'.
Sepak Bola Jepang Pasca Perang Pasifik
Pasca perang Pasifik 1945, sepak bola di Jepang sempat diupayakan untuk dilarang oleh pemerintah. Cap sebagai budaya barat jadi alasannya.
Pemerintah dan militer Jepang menginginkan para pemuda giat berlatih olahraga beladiri. Baru pada 1950, sepak bola Jepang kembal bergeliat.
Sejumlah turnamen level nasional pun mulai diadakan, salah satu Piala Kaisar. Namun menurut hasil penelitian John Horne dan Derek Bleakley, selama 40 tahun kemudian sepak bola di Jepang masih bersifat amatir.
![Bek Jepang Hiroki Sekine dan gelandang Irak Karrar Mohammed Ali bersaing untuk mendapatkan sundulan saat pertandingan semifinal Piala Asia U23 2024 antara Jepang melawan Irak di Stadion Jassim Bin Hamad, Doha, Qatar, Senin (29/4/2024). [Karim JAAFAR / AFP]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/04/30/91374-piala-asia-u23-2024-timnas-jepang-u-23-vs-irak-u-23.jpg)
Baru setelah perusahaan-perusahaan jadi penyokong, sepak bola Jepang lambat laun mencoba untuk jadi semiprofesional.
Pada 1954, Tokyo Kogyo menjadi tim sepak bola perusahaan pertama yang berdiri di Jepang. 4 tahun kemudian berdiri Yawata Steel. Tahun 1960, Furukawa Electric jadi tim perusahaan pertama yang meraih trofi Piala Kaisar.
Saat Indonesia diguncang dengan huru hara 1965, di Jepang mulai diadakan Liga Sepak Bola Jepang atau JSL. Liga ini mempertemukan tim-tim dari perusahaan.
JSL mulai menarik perhatian publik Jepang pada sepak bola. Data pada 1968 menunjukan pertandingan JSL rata-rata ditonton 7.491 penonton per pertandingan. Angka ini tinggi karena di tahun yang sama Jepang sukses meraih medali perunggu di Olimpiade Meksiko.
Baca Juga: Daftar Peraih AFC Annual Awards 2023: PSSI dan Timnas Indonesia Tanpa Penghargaan!
Namun saat itu Jepang belum sangat populer, apalagi sejumlah media Jepang masih memandang sebelah mata olahraga ini. Laporan Japan Times yang publish 6 November 2001 menyebutkan JSL bisa diangga kompetisi sukses.