Sofascore mencatat kesuksesan duel udara Indonesia pada laga itu di bawah 50 persen, dengan nilai 35 persen atau hanya menang enam kali dari 17 duel. Jumlah ini kalah dari tim tuan rumah yang mencatatkan tingkat keberhasilan 65 persen atau 11 kali kemenangan dari 17 duel.
5. Pola Penyerangan yang Lebih Baik
Selain harus lebih baik dari segi bertahan, Indonesia juga perlu lebih baik dari segi menyerang. Penguasaan bola 60 persen saat melawan Australia tak lebih dari hanya angka statistik di layar jika tak dibarengi dengan kreasi peluang gol.
Dua tendangan tepat sasaran dari 11 percobaan adalah konversi angka yang buruk karena artinya Indonesia terlalu banyak menembak saat peluang itu belum sepenuhnya matang. Memasuki final third sebanyak 83 kali, namun hanya membuat sentuhan di kotak penalti sebanyak 17 kali menjadi bukti bahwa Indonesia tak mampu menembus tembok kokoh Australia.
Sebaliknya, anak-anak asuh Tony Popovic itu bermain efektif selama 90 menit. Jumlah tembakan mereka adalah sembilan. Lima dari jumlah tembakan ini menjadi peluang besar yang kelima-limanya menjadi gol atau dalam artian lain memiliki presentase 100 persen.
Satu-satunya hal positif yang dapat dibanggakan dari melawan Australia adalah debut Ole Romeny yang terlihat langsung nyetel dengan permainan Garuda karena mengemas satu gol.
(Antara)