Suara.com - Kekalahan telak Timnas Indonesia U-17 0-6 dari Korut di babak perempat final Piala Asia U-17 2025, Senin (14/4) sangat mengecewakan bagi publik sepak bola nasional.
Perjuangan Putu Panji dkk yang begitu superior di babak fase grup C berakhir di pemain Korut U-17. Kekalahan telak Garuda Muda oleh pasukan Korea Utara juga jadi sorotan media Korsel.
Salah satu media Korsel, nate.com, Selasa (15/4) dalam ulasannya kemudian menyinggung pelatih Nova Arianto.
Pada judul artikel, Nova Arianto disebut media Korsel itu sebagai 'Si Murid Teladan' Shin Tae-yong.
"Hasil itu adalah kekalahan tak terduga. Timnas Indonesia menarik perhatian karena berhasil membuat kejutan dengan mengalahkan Korsel yang dianggap tim unggulan pada babak fase grup," ulas media Negeri Gingseng tersebut.
Lebih lanjut, media Korsel itu kemudian menyoroti soal jam terbang dan pengalaman Garuda Muda yang jadi biang kerok anak asuh Nova Arianto itu dipukul enam gol tanpa balas oleh Korut.
![Timnas Indonesia U-17 vs Korea Utara [the-afc.com]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/04/14/32130-timnas-indonesia-u-17-vs-korea-utara.jpg)
"Ada faktor kekurangan 'pengalaman' untuk membalikkan situasi yang tidak menguntungkan. Skema pertandingan tidak membaik karena kebobolan gol pertama di menit awal dan semuanya hancur,"
"Nova Arianto dianggap sebagai murid teladan Shin Tae-yong. Ia membantu pelatih Korsel itu saat masih jadi pelatih kepala Timnas Indonesia," urai Nate.
"Itulah sebabbnya publik Indonesia menyoroti efek Shin Tae-yong saat Nova Arianto mampu mengalahkan Korsel 1-0,"
Baca Juga: Timnas U-17 Tersingkir di Babak 8 Besar Piala Asia, Nova Arianto Gagal Samai Capaian sang Mentor
PSSI Fokus ke Piala Dunia U-17
Pasca kekalahan telak Timnas Indonesia U-17, PSSI akan serius mempersiapkan Garuda Muda agar tampil lebih kompetitif di ajang bergengsi Piala Dunia U-17 2025.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menegaskan bahwa persaingan di level tersebut sangat ketat, mengingat Indonesia akan berhadapan dengan negara-negara kuat yang sudah memiliki tradisi panjang dalam sepak bola usia muda.
"Di Piala Dunia U-17 nanti, kita tidak bisa main-main. Lawan yang akan kita hadapi adalah tim-tim kuat, seperti Korea Utara yang dikenal disiplin dan tangguh, serta negara-negara elite seperti Jerman dan Argentina yang langganan tampil di ajang ini. Ini menjadi tantangan besar sekaligus motivasi untuk kita," ujar Erick.
Menurut Erick, pencapaian Timnas U-17 saat ini patut dibanggakan. Namun, ia menekankan bahwa pencapaian tersebut harus menjadi pijakan awal untuk membangun tim yang lebih solid dan siap bersaing di level dunia.
Untuk itu, PSSI akan menyiapkan program yang lebih terstruktur, termasuk dari segi pelatihan, fasilitas, hingga laga uji coba internasional.
“Para pemain dan tim kepelatihan sudah memberikan kebanggaan tersendiri dengan perjuangan mereka. Oleh karena itu, PSSI akan memberikan perhatian lebih dalam mematangkan persiapan, baik secara teknis maupun mental,"

"Harapannya, mereka tidak hanya sekadar tampil, tetapi bisa bersaing dan mencetak prestasi yang membanggakan di Piala Dunia U-17 nanti,” tambah mantan Presiden Inter Milan itu.
Lebih lanjut, Erick juga menyampaikan bahwa pembinaan usia muda menjadi salah satu fokus utama PSSI ke depan, apalagi FIFA telah menetapkan bahwa Piala Dunia U-17 akan digelar setiap tahun mulai 2025.
Hal ini menuntut kontinuitas dalam pengembangan pemain muda agar selalu tersedia generasi yang siap bersaing di tingkat internasional.
Selain itu, Piala Dunia U-20 yang akan berlangsung dua tahun sekali dan ajang Olimpiade, yang memiliki batas usia U-23 dengan jumlah peserta yang semakin terbatas, turut menjadi alasan kuat mengapa investasi dalam pembinaan usia muda tidak bisa ditunda lagi.
“Kita dihadapkan pada tantangan besar: bagaimana menyiapkan tim U-17 mendatang agar minimal bisa menyamai pencapaian tim hari ini, bahkan lebih baik,"