Keduanya menyatakan bahwa tindakan pelemparan batu di luar stadion bukan tanggung jawab panpel semata karena sudah berada di luar zona wewenang mereka.
“Kami sangat menyesalkan insiden ini. Lokasinya sudah di luar kendali panpel, namun kami tetap bertanggung jawab secara moral dan akan melakukan evaluasi menyeluruh,” ujar Erwin.
Menurut Bram, pihak panpel bersama Presidium Aremania Utas sebenarnya sudah melakukan pengawalan terhadap bus tim tamu bekerja sama dengan pihak keamanan. Namun tetap saja, ada oknum tak bertanggung jawab yang berhasil melakukan aksi anarkis di jalan.
“Ini jadi pelajaran besar bagi semua. Ke depan, pengawasan dan antisipasi akan kami tingkatkan. Sosialisasi soal pentingnya sportifitas dan fair play juga akan kami perkuat ke suporter,” tambah Bram.
Saat ini, aparat keamanan tengah melakukan penyelidikan dan pengejaran terhadap pelaku. Manajemen Arema FC menduga, aksi ini dilakukan oleh pihak-pihak yang ingin merusak suasana kondusif yang selama ini telah susah payah dibangun.
Dengan kondisi yang semakin tidak kondusif ini, Arema FC mulai mempertimbangkan opsi untuk tidak lagi menjadikan Stadion Kanjuruhan sebagai markas.
“Kalau memang kami tidak dihargai di sini, mungkin ini waktunya memikirkan opsi lain,” tutup Yusrinal dengan nada kecewa.