Timnas Indonesia saat ini tertahan di peringkat keempat klasemen dengan 9 poin. Target paling realistis adalah menyegel posisi ketiga atau keempat demi melaju ke ronde keempat.
Nantinya masing-masing tim penghuni posisi ketiga dan keempat dari tiga grup di ronde ketiga, akan dibagi menjadi dua grup di ronde keempat.
Profil Graham Arnold

Graham Arnold, pelatih berpengalaman asal Australia, kini resmi menakhodai Timnas Irak. Namanya sempat mencuat di Indonesia usai gagal membawa Australia menang melawan skuad Garuda besutan Shin Tae-yong dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Siapa sebenarnya sosok pelatih yang satu ini?
Lahir di Sydney pada 3 Agustus 1963, Graham Arnold kini berusia 61 tahun. Ia mengawali kiprahnya di dunia sepak bola sebagai penyerang dengan rekam jejak yang cukup mengesankan, baik di level domestik maupun internasional.
Di tanah kelahirannya, Arnold membela beberapa klub ternama seperti Canterbury-Marrickville, Sydney United, dan Northern Spirit.
Kariernya kemudian menembus Eropa dengan bermain di Belanda bersama Roda JC dan NAC Breda, serta di Belgia bersama Liege dan Charleroi. Bahkan ia sempat merumput di Liga Jepang bersama Sanfrecce Hiroshima sebelum memutuskan pensiun pada tahun 2000.
Menariknya, Arnold sudah merambah dunia kepelatihan bahkan sejak masih aktif bermain, yakni pada musim 1989/1990 dan 1999/2000. Namun, ia baru benar-benar fokus menjadi pelatih setelah gantung sepatu.
Pada tahun 2000, ia dipercaya menjadi asisten pelatih Timnas Australia, bekerja sama dengan Frank Farina dan Guus Hiddink hingga 2006.
Baca Juga: Perbandingan Gaji Carlo Ancelotti 92 Kali Lipat Gaji Bulanan Patrick Kluivert di Timnas Indonesia
Setelah Hiddink mundur, Arnold sempat menjabat sebagai pelatih interim Australia, termasuk saat Piala Asia 2007 yang digelar di Indonesia, Vietnam, Malaysia, dan Thailand.
Pasca turnamen tersebut, posisinya kembali sebagai asisten pelatih di bawah komando Pim Verbeek hingga 2009.
Usai tugasnya di tim nasional, Graham Arnold memulai karier sebagai pelatih klub. Ia bergabung dengan Central Coast Mariners pada 2010 dan sukses mempersembahkan gelar Liga Australia musim 2012/2013.
Prestasi ini membuat klub Jepang, Vegalta Sendai, tertarik merekrutnya pada Februari 2014. Namun, masa baktinya di Jepang hanya bertahan dua bulan sebelum akhirnya kembali ke Australia untuk menangani Sydney FC.
Bersama Sydney FC, Arnold menikmati masa keemasan. Dalam empat tahun kepemimpinannya, ia sukses membawa klub menjuarai Liga Australia 2016/2017 dan Piala Australia 2017/2018. Kemenangan-kemenangan ini memperkuat reputasinya sebagai pelatih papan atas di Asia-Pasifik.
Berkat konsistensinya di level klub, Arnold kembali dipercaya memimpin Timnas Australia, termasuk tim senior dan U-23. Di Piala Asia 2019, ia membawa Australia melaju hingga perempat final.