Bukan Karena Erick Thohir, Sosok Legenda Ini Bikin Simon Tahamata Mau Bantu Timnas Indonesia, Siapa?

Jum'at, 23 Mei 2025 | 06:35 WIB
Bukan Karena Erick Thohir, Sosok Legenda Ini Bikin Simon Tahamata Mau Bantu Timnas Indonesia, Siapa?
Simon Tahamata secara blak-blakan mengaku bahwa alasannya mau menjadi Kepala Pemandu Bakat Timnas Indonesia karena sosok Patrick Kluivert. (ig soccernewd NL)

Suara.com - Simon Tahamata secara blak-blakan mengaku bahwa alasannya mau menjadi Kepala Pemandu Bakat Timnas Indonesia karena sosok Patrick Kluivert.

Sebagaimana diketahui, Simon Tahamata baru saja ditunjuk oleh PSSI sebagai Kepala Pemandu Bakat (Head of Scouting) sepak bola nasional.

Sebagai Kepala Pemandu Bakat, tugas utama pria berusia 68 tahun itu adalah menjaring talenta untuk pengembangan pemain bagi Timnas Indonesia.

Orang Dekat Simon Tahamata Bocorkan Janji Manis PSSI: Mereka Memberikan... [Tangkap layar X]
Orang Dekat Simon Tahamata Bocorkan Janji Manis PSSI: Mereka Memberikan... [Tangkap layar X]

Nantinya, Simon Tahamata tak hanya menjaring talenta-talenta di luar negeri saja, melainkan juga talenta-talenta muda yang ada di Tanah Air.

Tugas ini diberikan PSSI kepada legenda Ajax Amsterdam itu karena kiprahnya sebagai pelatih tim akademi di berbagai klub Eropa maupun di Asia.

Tercatat, Simon Tahamata pernah menjadi pelatih tim akademi di Belgia, yakni di Standard Liege dan Germinal Beerschot, serta menjadi pelatih tim akademi Ajax Amsterdam sebanyak dua periode.

Tak cukup sampai di situ saja, Simon Tahamata juga pernah menjadi pelatih tim akademi klub top Arab Saudi, yakni Al Ahli selama lima tahun.

Dengan pengalamannya itu, Simon Tahamata diprediksi bisa menjaring banyak talenta muda yang nantinya bisa menjadi andalan Timnas Indonesia.

PSSI resmi menunjuk Simon Tahamata sebagai kepala pemandu bakat (head of scouting) Timnas Indonesia pada Kamis, 22 Mei 2025.  (VP)
PSSI resmi menunjuk Simon Tahamata sebagai kepala pemandu bakat (head of scouting) Timnas Indonesia pada Kamis, 22 Mei 2025. (VP)

Dalam prosesnya menjadi Kepala Pemandu Bakat Timnas Indonesia, Simon Tahamata ternyata memiliki banyak pertimbangan.

Baca Juga: Mengenal Jomi Tahamata, Tambatan Hati Simon Tahamata Head of Scouting Timnas Indonesia

Salah satu pertimbangan yang membuatnya menerima tawaran PSSI itu adalah sosok Patrick Kluivert, yang berstatus pelatih Timnas Indonesia.

“Dia (Kluivert) bisa melakukannya dengan sangat baik. Jadi ya, Kluivert memang salah satu alasan untuk mengatakan ya pada pekerjaan ini,” kata Simon Tahamata, dinukil dari media Belanda, AT5.

Bukan suatu hal yang mengejutkan jika Simon Tahata menjadikan Patrick Kluivert sebagai salah satu alasan baginya mau untuk bekerja sama dengan PSSI dan Timnas Indonesia.

Pasalnya, Simon Tahamata dan Patrick Kluivert punya latar belakang yang sama, di mana keduanya memulai karier dari tim muda Ajax Amsterdam.

Selain karena Patrick Kluivert, ada alasan lainnya mengapa Simon Tahamata menerima pinangan PSSI sebagai Kepala Pemandu Bakat Timnas Indonesia.

Alasan tersebut berkaitan dengan mantan klubnya, Ajax, yang dianggap telah mencampakkan Simon Tahamata sebagai pelatih tim akademi.

Sebelum menerima pinangan PSSI, Simon Tahamata sendiri berstatus pelatih akademi Ajax. Sayangnya ia merasa tak dihargai oleh mantan timnya tersebut.

Semua bermula dari keputusan Ajax yang mengurangi jam kerjanya menjadi 20 jam saja per pekan, hal ini ditentang oleh Simon Tahamata yang kemudian mendirikan akademi di Berlin, Jerman.

Setelahnya, Ajax tak kunjung menghubunginya dan membuat Simon Tahamata merasa dicampakkan dan dipermainkan oleh klub berjuluk De Godenzonen itu.

“Saya tidak akan membiarkan siapa pun bermain dengan saya, saya tidak pantas menerima ini. saya marah, karena mereka bilang mereka punya kontak baik denganku, tapi mereka mengabaikanku,” kata Simon Tahamata.

Profil Simon Tahamata

Simon Tahamata, sosok berpengalaman berdarah Maluku-Belanda, diamanahi peran penting dalam proses scouting nasional. Ia diharapkan mampu menjadi jembatan bagi pemain muda Indonesia, baik yang tumbuh di dalam negeri maupun yang memiliki darah Indonesia di luar negeri, agar bisa terpantau secara sistematis dan profesional.

Tak hanya untuk timnas senior, perannya akan menjangkau juga kelompok usia muda, berkolaborasi dengan pelatih seperti Patrick Kluivert, Gerald Vanenburg, dan Nova Arianto.

Penunjukan Tahamata tidak datang tanpa alasan kuat. Sosok kelahiran Vught, Belanda, pada 26 Mei 1956 itu sudah lama malang melintang di dunia pembinaan usia muda, terutama bersama klub-klub elit seperti Ajax Amsterdam.

Karier pelatihannya di akademi sudah dimulai sejak tahun 1996 dan berlanjut hingga dua dekade berikutnya, memperkuat kredibilitasnya dalam menemukan dan membina bakat muda sepak bola.

Sebelum dikenal sebagai pelatih, Tahamata adalah mantan pemain profesional yang berposisi sebagai winger. Debutnya di kancah sepak bola profesional terjadi pada tahun 1976 bersama Ajax Amsterdam. Ia kemudian memperkuat klub-klub Eropa lainnya seperti Standar Liege, Feyenoord, Beerschot, hingga Germinal Ekeren.

Rekam jejaknya menunjukkan bahwa ia bukan hanya pelatih berbakat, tetapi juga eks pemain berprestasi yang pernah mengisi skuad tim nasional Belanda dari tahun 1979 hingga 1986.

Selama masa keemasan kariernya, Tahamata turut membawa Ajax Amsterdam menjuarai Liga Belanda sebanyak tiga kali (1976/77, 1978/79, 1979/80) dan meraih satu gelar Piala KNVB (1978/79). Ia juga sempat membawa Ajax melaju hingga semifinal Piala Eropa I musim 1979–1980, sebuah pencapaian bergengsi di level klub Eropa.

Langkah PSSI mendapuk Tahamata sebagai kepala scouting menjadi bukti nyata bahwa federasi kini mulai mengadopsi pendekatan modern dalam membangun tim nasional.

Pengalaman internasional dan jejaring luas yang dimiliki Tahamata diharapkan akan memudahkan akses terhadap bakat-bakat diaspora, terutama di kawasan Eropa yang dikenal memiliki fasilitas dan sistem pembinaan sepak bola terbaik.

Seiring dengan tren globalisasi sepak bola, negara-negara seperti Jepang, Maroko, dan Aljazair telah lebih dulu sukses memanfaatkan potensi diaspora mereka. Kini, Indonesia mencoba mengikuti jejak tersebut dengan menggandeng figur berpengalaman dan berdarah Indonesia seperti Simon Tahamata.

Tak hanya soal teknis pencarian bakat, peran Tahamata juga akan mencakup pembinaan karakter dan adaptasi budaya bagi pemain diaspora yang bergabung dengan timnas. Hal ini penting agar integrasi mereka ke dalam sistem sepak bola nasional dapat berjalan mulus dan efektif.

Secara keseluruhan, keputusan PSSI menunjuk Simon Tahamata sebagai Kepala Pemandu Bakat Nasional merupakan langkah maju dalam pengembangan sepak bola Indonesia. Dengan latar belakang kuat di bidang pelatihan dan scouting, serta pengalaman luas di Eropa, Tahamata menjadi aset penting dalam upaya jangka panjang memperkuat fondasi tim nasional Indonesia.

(Felix Indra Jaya)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI