Suara.com - Keputusan Swansea City untuk mempertahankan Nathan Tjoe-A-On di musim 2025/2026 menimbulkan tanda tanya besar, terutama di kalangan penggemar dan pengamat sepak bola Indonesia.
Padahal jika menilik kontribusinya musim lalu, sang bek kiri yang juga pemain Timnas Indonesia ini tampil sangat minim.
Ia hanya mencatatkan tiga penampilan di semua kompetisi, dengan total waktu bermain 127 menit sepanjang musim.
Di Championship, ia hanya turun sekali dan itu pun hanya selama dua menit.
Dua laga lainnya terjadi di ajang EFL Cup, dengan durasi bermain yang sedikit lebih panjang.
Menariknya, di tengah perombakan besar yang dilakukan Swansea dengan melepas nama-nama senior seperti Joe Allen, Kyle Naughton, hingga pemain pinjaman seperti Lewis O’Brien, nama Nathan justru tetap dipertahankan.
Padahal, statusnya di musim lalu bisa dikatakan sebagai "cadangan mati", bahkan kerap tidak masuk daftar cadangan.
Berikut tiga dampak negatif yang bisa muncul jika situasi ini terus berlanjut bagi karier Nathan Tjoe-A-On:
1. Menit Bermain Tetap Minim
Baca Juga: Emil Audero Pamitan Pergi: Selamat Tinggal

Fakta bahwa Nathan hanya mencatat dua menit bermain di Championship musim lalu menjadi indikator kuat bahwa peluangnya di tim utama sangat terbatas.
Meski masih memiliki kontrak hingga Juni 2026, keberadaannya di skuad utama tak otomatis berarti kesempatan tampil akan datang.
Jika Swansea tidak mengubah pendekatan terhadap rotasi pemain atau tidak memberikan ruang lebih pada Nathan, maka besar kemungkinan ia akan kembali terpinggirkan.
Situasi ini tentu tidak ideal bagi pemain yang kini memasuki usia emas dalam perkembangan karier, yakni 23 tahun.
Minimnya waktu bermain juga dapat menghambat aspek teknis dan kebugarannya, yang krusial bagi pemain belakang yang dituntut aktif secara fisik.
2. Bisa Tersisih dari Timnas Indonesia
![Nathan Tjoe-A-On Bertahan di Swansea Meski 'Cadangan Mati', Kapan Kontraknya Berakhir. [Dok. IG nathantjoeaon]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/05/21/66406-nathan-tjoe-a-on.jpg)
Meski tetap dipanggil pelatih Patrick Kluivert untuk membela Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, posisi Nathan sejatinya belum aman.
Kluivert dikenal sangat memperhatikan performa pemain di level klub.
Dengan semakin banyaknya talenta muda Indonesia di posisi bek kiri, Nathan bisa dengan mudah tergeser bila ia terus menerus absen di laga resmi.
Apalagi, kompetisi internasional menuntut ritme permainan tinggi, yang hanya bisa diasah lewat menit bermain reguler di level klub.
Tanpa itu, ia bisa kehilangan tempatnya di Timnas dalam jangka menengah.
3. Mentalitas Kurang Terasah

Minimnya pengalaman di laga kompetitif tentu berdampak pada mental bertanding.
Bermain di level U-21 seperti yang dialaminya musim lalu tidak akan memberikan tekanan dan atmosfer yang sama dengan pertandingan tim utama.
Tanpa pengalaman bermain di level senior, Nathan bisa kesulitan ketika dipercaya tampil dalam laga penting bersama Timnas.
Ketidakterbiasaannya dengan intensitas pertandingan kompetitif bisa membuatnya gugup atau tidak mampu menunjukkan kualitas terbaiknya.
Harapan ke Depan
Swansea memang masih memberikan sinyal kepercayaan melalui kontrak yang masih aktif hingga dua musim ke depan.
Namun, jika Nathan Tjoe-A-On tidak mendapatkan porsi bermain yang layak, maka masa depannya, baik di level klub maupun internasional, patut dipertanyakan.
Sebaliknya, panggilan dari Timnas bisa menjadi momentum penting.
Jika ia mampu memaksimalkan kesempatan tersebut dengan tampil solid melawan tim-tim besar seperti China dan Jepang, bukan tidak mungkin Swansea mulai mempertimbangkan untuk memberinya lebih banyak menit bermain di musim mendatang.
Namun sampai hal itu terjadi, posisi Nathan tetap berada dalam kondisi yang rentan.
Kontributor : Imadudin Robani Adam