Ironisnya, saat memasuki menit-menit akhir, bukannya tampil menekan, pemain China justru kerap melakukan backpass dan mempertahankan bola di area sendiri. Pola permainan inilah yang membuat Sun Jihai sangat geram.
"Saat tertinggal, bukan waktunya mengoper bola ke belakang. Itu tidak ada artinya. Kita harus bermain sesuai situasi pertandingan. Harus menyerang," tegas Sun.
Dengan kemenangan ini, Timnas Indonesia mengemas tambahan tiga poin krusial yang membawa mereka naik ke peringkat ketiga klasemen sementara Grup C dengan koleksi 12 poin.
Mereka untuk sementara melewati Arab Saudi yang masih menyisakan laga kontra Bahrain.
Sebaliknya, kekalahan ini makin memperberat langkah China yang peluangnya untuk lolos ke Piala Dunia 2026 praktis sudah tertutup.
Perlu diketahui, hingga kini, Timnas China baru sekali tampil di Piala Dunia, yakni pada edisi 2002.
Meski berbagai strategi sudah dilakukan, termasuk mendatangkan banyak pemain asing ke Liga Super China, mereka belum mampu kembali ke pentas dunia.
Sun Jihai yang ikut membela China di Piala Dunia 2002 memahami bahwa dalam sepak bola, menang dan kalah adalah hal yang lumrah.
Namun ia menyoroti mentalitas bertanding yang dinilainya tidak sesuai standar di laga krusial ini.
Baca Juga: Alhamdulillah! Ole Romeny Bakal Mudah Cetak GOl Lawan Jepang, Media Asing Kasih Kabar Baik
"Kita harus tetap bermain dengan mental pemenang, tidak boleh tampil seperti tim yang sudah menyerah. Ini yang saya sayangkan," pungkasnya.
Kini, China masih menyisakan satu laga terakhir di Grup C melawan Bahrain yang akan berlangsung di Chongqing pada Selasa (10/6).
Sayangnya, laga tersebut tak lagi berpengaruh bagi nasib mereka di kualifikasi kali ini.
Sementara itu, Timnas Indonesia terus menjaga asa untuk melangkah lebih jauh dan mencetak sejarah baru di ajang bergengsi ini.