Floris mencatatkan 15 gol dan 15 assist dalam 40 pertandingan musim lalu bersama SC Telstar U-17. Ia juga menjalani debut di tim U-21. Talenta ini pernah dilirik oleh akademi top seperti Ajax, AZ Alkmaar, dan FC Volendam.
5. Noha Pohan Simangunsong (NAC Breda)
![Pemain keturunan berdarah Batak Toba dan Finlandia, Noha Pohan Simangunsong bermain untuk NAC Breda U-15. [Dok. Instagram/noha.ps_16]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/08/27/75971-pemain-keturunan-berdarah-batak-toba-dan-finlandia-noha-pohan-simangunsong-bermain-untuk-nac-breda.jpg)
Pemain berdarah Batak-Finlandia ini bermain untuk NAC Breda. Lahir pada 12 Maret 2010, Noha mampu mengisi berbagai posisi di lini tengah, dari bertahan hingga menyerang. Fleksibilitasnya menjadi nilai tambah yang dibutuhkan di level internasional.
6. Jona Giesselink (FC Emmen)
Jona adalah pemain bertinggi badan 190 cm dengan darah Halmahera dari kakek-neneknya. Ia bermain sebagai gelandang di tim muda FC Emmen dan dikenal kuat secara fisik serta piawai dalam distribusi bola.
7. Azadin Ayoub Hamane (Elverum FC)
Pemain berdarah Maroko dan Cirebon ini menimba ilmu di Akademi Barcelona Norwegia. Ia dikenal cepat dan fleksibel sebagai winger yang mampu bermain di kedua sisi sayap. Azadin juga aktif di dunia olahraga lain, termasuk bersepeda jarak jauh.
8. Deston Denzell Hoop (SC Telstar)
Deston memiliki darah campuran Belanda, Suriname, dan Maluku. Ia mencuri perhatian saat membela Aphense Boys dengan mencetak lima gol dan delapan assist. Musim ini, ia bergabung dengan SC Telstar untuk level U-16.
Baca Juga: Selamat Ulang Tahun ke-49 Patrick Kluivert
9. Nicholas Indra Mjosund (Rosenborg BK)
Nicholas, kelahiran Norwegia dengan darah Solo, mencuri perhatian di Akademi Rosenborg. Ia sudah mencatat lima gol dan satu assist dalam empat pertandingan, meski baru berusia 15 tahun.
Strategi PSSI Gaet Diaspora: Aset Masa Depan Garuda Muda
Menggaet pemain diaspora menjadi langkah strategis dalam mempersiapkan masa depan Timnas. Mereka membawa gaya permainan yang dibentuk oleh sistem pelatihan Eropa atau Australia yang lebih maju.
Kehadiran mereka juga memicu kompetisi sehat antar pemain lokal.
PSSI sendiri telah menunjukkan sinyal kuat bahwa mereka tidak ragu memanggil pemain diaspora untuk berbagai kelompok umur, termasuk U-17.