Namun untuk kesehatan berkompetisi belum tentu, hal ini sangat mengkhawatirkan jika diterapkan asal-asalan.
2. Krisis Finansial

Klub bisa saja jor-joran mengeluarkan dana besar di awal musim dengan merekrut banyak pemain asing.
Namun jika itu tidak selaras dengan kondisi keuangan klub yang sehat, bisa menjadi malapetaka.
Krisis finansial berpotensi muncul dan dampaknya tentu bisa merembet ke mana-mana.
3. Telat Gaji

Telat membayar gaji pemain menjadi salah satu dampak yang muncul dari krisis keuangan yang bisa melanda klub.
Klub harus bijak dalam merekrut pemain asing dan memberinya tawaran gaji yang tidak melulu tinggi.
Seperti kasus yang sudah-sudah, banyak klub Liga 1 yang terjerat masalah serupa karena krisis finansial.
Baca Juga: Semen Padang FC Maksimalkan Waktu, Dua Uji Coba Internasional Sudah Menanti
Keputusan PT LIB untuk meningkatkan kuota pemain asing jelas bertujuan baik, meningkatkan daya saing dan kualitas Super League atau Liga 1.
Namun, regulasi ini harus diikuti dengan kebijakan pengamanan, seperti pembatasan posisi pemain asing, kewajiban memainkan pemain U-23, atau sistem lisensi finansial yang ketat agar klub tidak membelanjakan anggaran melebihi kemampuan mereka.
Jika tidak diatur dengan bijak, maka bukannya naik kelas, Liga 1 justru bisa mengalami stagnasi atau bahkan kemunduran.
Semua pihak, PT LIB, klub, pelatih, hingga federasi, harus berkolaborasi untuk memastikan bahwa perubahan ini benar-benar membawa sepak bola Indonesia ke arah yang lebih baik, bukan sekadar glamor sesaat.
Kontributor: Eko