Suara.com - Langkah Jens Raven dan Rafael Struick memilih berkarier di Liga 1 musim 2025/2026 menuai banyak sorotan.
Meski dihujani kritik, keputusan keduanya dianggap tak sepenuhnya bakal berdampak negatif.
Ada beberapa aspek yang dianggap justru bakal membantu karier kedua penyerang muda keturunan Belanda itu.
Meski demikian, kualitas dan kerja keras Rafael Struick dan Jens raven sendirilah yang pada akhirnya bakal membentuk bakal seperti apa masa depan keduanya di dunia sepak bola profesional.
Kepindahan Rafael ke Dewa United dan Jens ke Bali United memungkinkan mereka bermain reguler karena aturan wajib main bagi pemain U-23 di kompetisi domestik.
Dengan regulasi yang mengharuskan pemain muda bermain minimal 45 menit, keduanya berpotensi mendapat menit bermain yang stabil untuk perkembangan karier mereka.

Jika performa mereka konsisten dan memikat pelatih, menit bermain bisa bertambah secara alami tanpa harus tergantung pada regulasi semata.
Menariknya, kedua klub yang dibela oleh Struick dan Raven saat ini juga ditangani pelatih asal Belanda—Jan Olde Riekerink di Dewa United dan Johnny Jansen di Bali United.
Kehadiran pelatih senegara memberikan keuntungan dari sisi komunikasi dan pemahaman taktik yang serupa dengan standar sepak bola Eropa.
Baca Juga: Mengingat Kembali 3 Alasan Naturalisasi Pemain Keturunan Timnas Indonesia
Dukungan pelatih yang mengenal gaya bermain mereka secara mendalam turut mempercepat proses adaptasi di liga lokal.
Tak menutup kemungkinan, penunjukan pelatih-pelatih tersebut juga menjadi bagian dari rencana jangka panjang yang selaras dengan strategi Timnas Indonesia.
Dengan bermain di klub Indonesia, pemanggilan Struick dan Raven ke Timnas Indonesia U-23 akan jauh lebih mudah.
Hal ini menjadi solusi efektif mengingat seringnya hambatan administrasi saat keduanya masih bermain di luar negeri.
Dalam dua tahun ke depan, Timnas Indonesia menghadapi agenda padat seperti SEA Games 2025 di Thailand, Piala Asia U-23, dan Kualifikasi Olimpiade 2028.
Kehadiran mereka di kompetisi lokal memungkinkan pelatih Timnas merancang strategi lebih matang dan realistis.
Pengalaman sulit memanggil Elkan Baggott di masa lalu menjadi pelajaran penting.
Kini, opsi menempatkan pemain keturunan di dalam negeri bisa menjadi langkah strategis yang lebih fleksibel.
Dampak lainnya adalah meningkatnya kualitas kompetisi Liga 1. Kehadiran pemain muda yang pernah merumput di Eropa seperti Struick dan Raven berpotensi menjadi inspirasi dan tolok ukur baru bagi pemain muda lokal.
Meski sebagian pihak khawatir potensi mereka akan mentok di Liga 1, peluang untuk terus berkembang tetap terbuka lebar.
Dengan arahan tepat dan lingkungan yang mendukung, ruang tumbuh mereka tidak serta-merta terhenti hanya karena kembali ke tanah air.
Bermain di negeri sendiri juga menawarkan tantangan berbeda. Tekanan publik sekaligus dukungan suporter bisa menjadi katalis pembentukan karakter serta daya tahan mental yang lebih tangguh.
Dari sisi teknis, berkarier di klub lokal membuat mereka lebih terhubung dengan sistem pelatihan Timnas Indonesia secara rutin.
Hal ini akan sangat membantu dalam membangun chemistry dengan sesama pemain Timnas Indonesia.
Kontributor : Imadudin Robani Adam