Jens Raven Cs Main di Indonesia, Media Asing: Tembus Piala Dunia Cuma Mimpi

Galih Prasetyo Suara.Com
Selasa, 15 Juli 2025 | 19:05 WIB
Jens Raven Cs Main di Indonesia, Media Asing: Tembus Piala Dunia Cuma Mimpi
Jens Raven Cs Pilih Main di Indonesia, Media Asing: Gaji Besar, Ambisi Kecil [Instagram Bali United]

Suara.com - Keputusan pemain abroad Timnas Indonesia, seperti Jordi Amat, Rafael Struick dan Jens Raven untuk bermain di klub Super League 2025/2026 mendapat sindiran tajam media asing.

Seperti diketahui, Jordi Amat yang musim lalu bermain di klub Malaysia, JDT memilih untuk melanjutkan karier ke Persija Jakarta.

Sementara Jens Raven bergabung ke Bali United. Sedangkan Rafael Struick tinggal tunggu waktu diperkenalkan oleh Dewa United.

Jordi Amat. (ileague.id)
Jordi Amat. (ileague.id)

Namun tak hanya pemain diaspora Indonesia yang melakukan itu, sejumlah pemain dari Thailand, Malaysia dan Vietnam juga mengambil keputusan sama.

"Fenomena ini tidak berdiri sendiri. Nama-nama seperti Egy Maulana Vikri, Irfan Bachdim, Ezra Walian, hingga Jordi Amat mengalami penurunan performa setelah meninggalkan Eropa dan kembali ke liga domestik,"

"Bahkan Joao Figueiredo, pilar Timnas Malaysia yang sempat menghancurkan Vietnam 4-0, juga memilih kembali ke Johor Darul Ta'zim musim depan," ulas media Vietnam, Phapluat

Menurut media Vietnam itu, keputusan pemain ini untuk bermain di liga lokal sebagai langkah mundur.

"Mimpi sepak bola Asia Tenggara untuk menembus panggung Piala Dunia kembali dipertanyakan,"

Sepak bola ASEAN memang sedang "menggiurkan secara finansial" untuk para pemain diaspora yang kesulitan menembus klub top Eropa.

Baca Juga: Koar-koar Tak Sabar Hadapi Timnas Indonesia, Malaysia U-23 Disikat Filipina 2-0

Jens Raven (kiri) diumumkan sebagai rekrutan anyar Bali United untuk mengarungi BRI League 2025/2026. (Instagram/baliunitedfc)
Jens Raven (kiri) diumumkan sebagai rekrutan anyar Bali United untuk mengarungi BRI League 2025/2026. (Instagram/baliunitedfc)

Dengan iming-iming gaji tinggi, jaminan bermain, dan status sebagai bintang, banyak yang memilih jalan pintas.

Bandingkan dengan Jepang dan Korea Selatan, yang justru sejak dini mengirim pemain mudanya ke Eropa.

Mereka membangun dari bawah, pelan tapi pasti. Hasilnya nyata, masuk 16 besar Piala Dunia 2018 dan 2022.

Jumlah pemain mereka di Eropa terus bertambah dan kualitas individu serta tim pun melonjak.

"Nama-nama seperti Doloh Eliah atau Manuel Bihr di Thailand, hingga ng Vn Lâm di Vietnam, menunjukkan bahwa asal-usul luar negeri tidak menjamin kehebatan di lapangan," sambung media Vietnam itu.

Daripada mengejar mimpi dengan pemain-pemain diaspora yang kembali ke liga lokal karena kenyamanan, sepak bola ASEAN seharusnya berinvestasi lebih besar pada pelatih usia muda, akademi berkualitas, dan jalur kompetisi yang menantang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI