Erick pun mengimbau agar publik tidak memberikan tekanan berlebih kepada pemain muda tersebut.
“Sedang proses (naturalisasi) dari pemerintah ke DPR, kita tunggu saja. Mauro Zijlstra sekarang sudah ada, tentu ada prosesnya,” ucap Erick.
“Nah dia umurnya 20 tahun, tapi di sepak bola modern, Lamine Yamal saja masih muda bisa bagus. Tapi jangan kecepatan, biarkan dia main dulu di U-23, siapa tahu bagus,” lanjutnya.
Strategi Jangka Panjang PSSI
Langkah merekrut pemain keturunan bukan sekadar solusi jangka pendek.
Erick Thohir dan jajaran PSSI meyakini bahwa strategi ini menjadi bagian penting dari roadmap pembenahan prestasi sepak bola nasional.
Buktinya, timnas senior berhasil lolos ke ronde keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026, sebuah capaian yang belum pernah diraih sebelumnya di era modern.
Tidak hanya di tim putra, pendekatan ini juga diterapkan di timnas putri.
Sebelumnya, empat pemain keturunan turut membela Garuda Pertiwi dalam kualifikasi Piala Asia Wanita, sebagai bentuk nyata komitmen PSSI membangun kekuatan dari berbagai lini dan level usia.
Jika proses naturalisasi dua pemain keturunan baru ini berjalan mulus, maka pelatih Shin Tae-yong akan memiliki lebih banyak opsi di lini depan untuk menghadapi lawan tangguh seperti Arab Saudi dan Irak pada Oktober 2025 nanti.
Baca Juga: Erick Thohir: Kritik Saya Tidak Masalah, Tapi Jangan Pecah Belah Timnas Indonesia
Dari sisi teknis, tambahan dua striker akan memberikan kedalaman skuad dan fleksibilitas taktik, terutama jika Ole Romeny belum pulih sepenuhnya dari cedera.