Suara.com - Dunia musik dan sepak bola Inggris berduka atas kepergian legenda rock dunia, Ozzy Osbourne, yang wafat pada usia 76 tahun.
Vokalis band heavy metal legendaris Black Sabbath ini tutup usia hanya beberapa pekan setelah tampil untuk terakhir kalinya di hadapan publik, dalam konser penuh sejarah di Stadion Villa Park milik Aston Villa FC, klub yang begitu dekat di hatinya.
Lahir dan besar di Aston, wilayah yang hanya selemparan batu dari stadion Villa Park, Ozzy Osbourne tumbuh sebagai seorang Villan sejati—sebutan untuk pendukung Aston Villa.
Meski dikenal di seluruh dunia sebagai ikon musik cadas, Ozzy tak pernah melupakan akar dan komunitas tempat ia berasal.
Aston Villa FC dalam pernyataan resminya menyampaikan duka mendalam.
"Ozzy memiliki koneksi spesial dengan klub dan komunitas ini. Kami semua di Aston Villa turut berduka cita. Istirahat dalam damai, Ozzy."
Konser “Back to the Beginning” yang digelar 5 Juli 2025 di Villa Park menjadi pertunjukan penutup bagi Osbourne dan Black Sabbath.
Penampilan emosional itu menjadi semacam homecoming, menandai akhir dari perjalanan legendaris mereka di tempat semuanya dimulai.
Rekan-rekan satu band seperti Geezer Butler, Tony Iommi, dan Bill Ward juga menyampaikan penghormatan penuh cinta dan rasa kehilangan.
Baca Juga: Dunia Musik Berduka, Elton John Hingga Metallica Tangisi Kepergian Ozzy Osbourne
Setelah kabar meninggalnya Ozzy diumumkan, ribuan fans berkumpul di berbagai landmark Black Sabbath di Birmingham, seperti Black Sabbath Bench di Broad Street, mural dekat New Street Station, hingga Old Crown di Station Street.
Dikutip dari BBC, warga menggelar penghormatan dengan meletakkan bunga, mengheningkan cipta, dan menyanyikan lagu klasik seperti “Changes”.
Salah satu momen paling emosional terjadi ketika sebuah pub di Wolverhampton menghentikan karaoke dan memutar lagu-lagu Black Sabbath, seraya mengangkat gelas untuk mengenang sang legenda.
Meskipun sempat dikenal dengan kontroversi dan gaya hidup ekstrem, banyak yang mengenang Ozzy sebagai sosok penyayang dan sederhana.
Jim Simpson, manajer pertama Black Sabbath, mengenangnya sebagai pria yang penuh kasih, terutama kepada keluarganya.

"Ini bukan Ozzy yang menggigit kepala kelelawar seperti yang dikenal dunia. Ia pria yang lembut, penuh hormat, dan tulus," kata Simpson.