Suara.com - Kegagalan Timnas U-23 Malaysia melaju ke semifinal Piala AFF U-23 2025 di Indonesia memicu kemarahan media dan publik Negeri Jiran.
Pers Malaysia bahkan menyebut sepak bola muda negara mereka diambang keruntuhan.
Dalam laga pamungkas Grup A, Malaysia hanya mampu bermain imbang tanpa gol melawan Timnas Indonesia pada 21 Juli lalu.
Hasil tersebut membuat Harimau Muda finis di peringkat ketiga dengan 4 poin, tertinggal dari Indonesia (7 poin) dan Filipina (6 poin).
Itu menjadi pencapaian terburuk kedua dalam sejarah lima kali keikutsertaan Malaysia di turnamen ini.

Satu-satunya prestasi terbaik mereka terjadi pada 2005, ketika finis di posisi keempat.
Sedangkan rekor terburuk sebelumnya terjadi pada edisi 2022 saat mereka hanya meraih satu poin dan tersingkir di fase grup.
New Straits Times (NST) tidak segan melontarkan kritik keras terhadap performa U-23 Malaysia.
Dalam salah satu artikelnya, NST menulis tajuk satir: “Para pemain muda nyaris tidak berguna”, dan dalam artikel lainnya mereka menyimpulkan: “Sepak bola muda Malaysia sedang runtuh.”
Baca Juga: Jelang Timnas Indonesia U-23 vs Thailand, Erick Thohir Sentil Jens Raven dan Hokky Caraka
Sementara itu, Berita Harian menggunakan frasa "pulang kampung lebih awal" untuk menggambarkan kegagalan tim muda asuhan Nafuzi Zain tersebut.
![Pesepak bola Timnas Indonesia U-23 Muhammad Rayhan Hannan menendang bola ke gawang Malaysia U-23 dalam pertandingan penyisihan Grup A Piala AFF U-23 2025 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Senin (21/7/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/21/91443-piala-aff-u-23-2025-timnas-indonesia-u-23-vs-malaysia-muhammad-rayhan-hannan.jpg)
Kritik media ini mencerminkan keprihatinan mendalam masyarakat Malaysia terhadap kemunduran sistem pembinaan usia dini dan pengembangan talenta lokal.
Kegagalan ini memperbesar tekanan terhadap Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) agar segera melakukan reformasi struktural.
Banyak pihak menilai FAM terlalu fokus pada pemain naturalisasi dan melupakan pengembangan pemain muda.
Parahnya, Malaysia juga tengah disorot karena diduga menggunakan pemain naturalisasi yang tidak sesuai prosedur. Jika terbukti, FIFA bisa menjatuhkan sanksi berat kepada FAM.