Suara.com - Rencana Vietnam untuk ikut dalam aliansi tuan rumah Piala Dunia 2046 bersama negara-negara Asia Timur dan Tenggara menuai pro dan kontra di dalam negeri mereka sendiri.
Bukan karena ambisinya dianggap terlalu tinggi, tapi karena kondisi infrastruktur olahraga nasional yang dinilai belum memadai, serta kondisi sulit perekonomian regional.
Dikutip dari laporan media Vietnam, Tuoi Tre, publik di sana menyarankan pemerintah untuk lebih fokus pada pengembangan ekonomi dan infrastruktur dasar ketimbang membangun stadion mewah demi ajang empat tahunan itu.
Federasi Sepak Bola Jepang (JFA) mengusulkan kerja sama antarnegara Asia Timur (EAFF) dan Asia Tenggara (AFF) untuk menjadi tuan rumah bersama Piala Dunia 2046.
![Kondisi rumput Stadion My Dinh, Hanoi yang akan jadi venue laga Vietnam vs Indonesia di leg kedua semifinal Piala AFF 2022, Senin (9/1/2023) malam WIB. [PSSI]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2023/01/09/43598-kondisi-rumput-stadion-my-dinh-hanoi.jpg)
Negara-negara yang diajukan sebagai kandidat antara lain Jepang, Korea Selatan, dan China dari Asia Timur, serta Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Singapura dari Asia Tenggara.
Vietnam tidak masuk daftar. Alasannya cukup jelas—fasilitas olahraga Vietnam, terutama stadion, dinilai jauh tertinggal dibanding negara-negara lain yang disebut.
Satu-satunya stadion terbesar di Vietnam, Stadion Nasional My Dinh (kapasitas 40.000 lebih), sudah dianggap usang dan tidak layak menggelar ajang kelas dunia.
Banyak warga mengeluhkan kondisi infrastruktur yang buruk, termasuk toilet umum yang dinilai “menakutkan”.
“Saya pernah ke toilet Stadion My Dinh sekali, dan itu pengalaman yang tidak akan saya ulangi,” ungkap salah satu warga lokal Vietnam.
Baca Juga: Bola Panas Dugaan Kecurangan Malaysia, FIFA Jatuhi Hukuman? AFC Geleng-geleng
Warga lain menambahkan bahwa hampir semua stadion di V-League masih kuno, dan banyak yang tidak memenuhi standar FIFA dari sisi kapasitas, rumput lapangan, fasilitas medis, hingga sistem pencahayaan.
Di sisi lain, muncul perdebatan sengit soal prioritas nasional.
Banyak warga berpendapat bahwa alih-alih mengejar mimpi Piala Dunia, pemerintah seharusnya mengalokasikan dana dan energi untuk membangun infrastruktur dasar seperti jalan tol, rumah sakit, sekolah, hingga transportasi publik.
“Mari jujur, apa kita sudah punya fondasi ekonomi dan sosial yang kuat untuk bicara soal jadi tuan rumah Piala Dunia?” kata warga lain.
“Kalau kita belum siap dari sisi ekonomi, pendidikan, dan kesehatan, buat apa bangun stadion mahal? Lebih baik tunggu sampai kita benar-benar siap.”
Meski banyak suara skeptis, sebagian warga Vietnam masih optimis.