- Tepat pada 8 September 2015, Sepak Bola Malaysia sempat hancur lebur akibat ulah kerusuhan suporter di Stadion Shah Alam.
- Setelah jeda sepuluh tahun, isu yang melanda sepak bola Malaysia berubah wajah, kali ini datang dari ranah administrasi.
- Konsekuensi dari sanksi FIFA ini sangat krusial, membuat Malaysia harus kehilangan tujuh pemain andalan di babak penting.
Suara.com - Dunia sepak bola Malaysia kembali tersentak oleh keputusan otoritas tertinggi, FIFA, yang menunjukkan adanya masalah struktural serius.
Pengumuman sanksi FIFA pada September 2025 menjadi pukulan telak terbaru yang menimpa FAM dan Timnas Malaysia.
Hukuman tersebut dipicu oleh dugaan pemalsuan dokumen naturalisasi yang melibatkan tujuh pemain inti skuad harimau Malaya.
Kasus administrasi ini seolah mengulang kembali catatan buruk sepak bola Malaysia di mata internasional setelah insiden satu dekade silam.
Ini bukanlah kali pertama FAM harus menghadapi hukuman berat dari FIFA yang mengancam reputasi negara.
Tragedi Shah Alam 2015: Titik Nadir Keamanan dan Kerusuhan Suporter
Tepat pada 8 September 2015, Sepak Bola Malaysia sempat hancur lebur akibat ulah kerusuhan suporter di Stadion Shah Alam.
Peristiwa ini terjadi saat Malaysia tengah menjamu Arab Saudi dalam laga penting Kualifikasi Piala Dunia 2018, sebuah ajang yang sangat bergengsi.
Ketika skor menunjukkan 1-2 untuk keunggulan tim tamu di menit ke-88, kekacauan mulai merebak di tribun penonton.
Baca Juga: Harimau Malaya Kocar-Kacir! 7 Pemain Dihukum FIFA, Bisa Menang Lawan Laos?
Ratusan suporter melancarkan protes keras terhadap buruknya performa timnas dan juga kepemimpinan FAM yang dianggap stagnan.
Aksi protes tersebut berujung pelemparan berbagai benda berbahaya seperti kembang api, suar, dan botol ke lapangan, membuat pertandingan tidak mungkin dilanjutkan dengan aman.
Tindakan kerusuhan suporter ini langsung direspons tegas oleh otoritas tertinggi, berujung pada sanksi FIFA yang sangat merugikan.
Hasil pertandingan dinyatakan kalah 0-3 untuk Malaysia secara otomatis, menambah derita skuad yang sudah terpuruk.
Selain kekalahan otomatis, FAM juga dikenakan denda dan kewajiban memainkan satu laga kandang tanpa dihadiri suporter sebagai bentuk hukuman.
Keputusan FIFA ini menegaskan bahwa sepak bola Malaysia saat itu gagal total dalam menjamin keamanan sebuah pertandingan internasional resmi.