-
PSSI memecat Patrick Kluivert dan seluruh staf pelatihnya sebelum kontrak habis.
-
Justin Lhaksana tidak kaget dengan pemecatan, menyebut Kluivert gagal memahami kualitas pemain Timnas Indonesia.
-
Kesalahan pemilihan pemain dalam pertandingan krusial melawan Arab Saudi menjadi pemicu utama kegagalan Timnas Indonesia.
Suara.com - Isu mengejutkan datang dari tubuh Federasi Sepak Bola Seluruh Indonesia, di mana PSSI resmi mengakhiri kerja sama dengan Patrick Kluivert yang menjabat sebagai juru taktik utama Timnas Indonesia.
Keputusan berat ini diambil meskipun durasi kontrak awal Patrick Kluivert masih tersisa, menyusul kegagalan skuad Garuda di ajang penting Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.
Tidak hanya menghentikan tugasnya sebagai nahkoda tim senior, PSSI juga memberhentikan seluruh staf kepelatihan yang dibawanya, termasuk asisten Alex Pastoor dan Denny Landzaat.
Langkah ini juga berdampak pada tim Timnas Indonesia kelompok usia, dengan Gerald Vanenburg (U-23) dan Frank van Kempen (U-20) turut kehilangan posisi mereka.
Menanggapi keputusan dramatis ini, pengamat sepak bola kondang Justin Lhaksana menyatakan bahwa dirinya sama sekali tidak terkejut, mengingat situasi yang terjadi sudah memasuki kategori parah.
Analisis Kritis Coach Justin terhadap Kluivert
Pria yang akrab disapa Coach Justin tersebut justru akan merasa heran jika Patrick Kluivert dipertahankan, karena hasil yang ditunjukkan sangat tidak memuaskan.
Justin Lhaksana menyoroti akar masalah pemecatan adalah karena pelatih asal Belanda itu belum mampu mengidentifikasi secara mendalam kapabilitas para pemainnya, meski sudah 9 bulan bertugas sejak Januari.
Kelemahan ini terlihat jelas dalam pertandingan putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 saat Timnas Indonesia harus takluk dari Arab Saudi dengan skor tipis 2-3.
Baca Juga: Patrick Kluivert Resmi Dipecat, Konflik Internal Gerogoti Timnas Indonesia?
Dalam laga krusial itu, Justin Lhaksana mengkritik tajam susunan pemain yang diturunkan oleh Patrick Kluivert, yang berujung pada performa buruk tim Garuda.
Ia menekankan bahwa kekalahan bisa diterima jika tim menunjukkan permainan yang baik dan hanya kurang beruntung, atau jika terjadi ketidakadilan wasit.
"Enggak (kaget). Justru kaget kalau gak dipecat. Karena ini sudah parah," kata pria yang akrab disapa coach Justin itu, saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.
Evaluasi Buruk dan Minimnya Dasar Pertimbangan
Menurut pandangan Justin Lhaksana, waktu sepuluh bulan sudah lebih dari cukup bagi Patrick Kluivert untuk mengenal kekuatan tim, namun ia masih menurunkan line-up yang di luar nalar.
"Ini udah 10 bulan gak tau kekuatan pemain dan turunin line-up aneh-aneh. Jadi gak ada dasarnya untuk dicoba dikasih kesempatan sampai Piala Asia 2027," lanjut mantan pelatih timnas futsal Indonesia ini.