Suara.com - Nama Jay Idzes kembali mencuri perhatian media Italia, terutama Sassuolonews. Bek timnas Indonesia itu mengungkap sejumlah hal menarik tentang perjalanan karier dan kehidupan barunya di Italia.
Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah soal panggilan khas dari para penggemar Indonesia.
“Saya sering dipanggil Bang Jay. Saya tidak tahu siapa yang pertama kali memulainya, tapi sejak datang ke Indonesia, semua orang mulai memanggil saya begitu,” ujarnya.
Pemain kelahiran Mierlo, Belanda itu menambahkan, dirinya baru memahami makna dari sapaan tersebut setelah berada di Indonesia.
“‘Bang’ itu seperti kata ‘brother’ atau ‘kakak laki-laki’. Jadi panggilan itu melekat, dan sekarang semua orang mengenal saya dengan nama itu,” tambah Idzes.
Komentar ringan itu justru menjadi topik paling hangat yang dibahas media Sassuolo, menggambarkan kedekatan Idzes dengan fans Indonesia.
Tak berhenti di situ, Idzes juga memberikan pujian khusus kepada rekan setimnya, Arijanet Muri, kiper utama Sassuolo yang disebutnya memiliki peran vital dalam menjaga pertahanan tim.
“Saya berhubungan baik dengan Muri; dia pemain hebat dan penjaga gawang berkualitas yang membuat pekerjaan kami jauh lebih mudah,” kata Idzes.
Menurutnya, komunikasi dan kepercayaan antara bek dan kiper menjadi pondasi utama dalam membangun pertahanan solid—hal yang kini mulai terlihat di skuad Sassuolo musim ini.
Baca Juga: Jay Idzes Bangga Jebol Gawang Juventus, Singgung Rekor dan Sejarah
Komentar ketiga yang disorot adalah tentang fleksibilitasnya bermain bersama siapa pun di lini belakang.
Ia menegaskan, semua bek Sassuolo memiliki kualitas yang sama baiknya.
“Tidak terlalu penting bagi saya apakah bermain dengan satu rekan setim atau yang lain. Mereka semua bek berkualitas yang saya kenal baik,” ujarnya.
Sikap rendah hati dan profesional ini membuat Idzes cepat diterima oleh rekan-rekannya dan pelatih di Serie A.
Media Italia menilai, pemain berdarah Belanda-Indonesia itu menunjukkan kedewasaan dan karakter yang matang sebagai pendatang baru di kompetisi elite Eropa.
Kontributor : Imadudin Robani Adam