-
TMJ mengkritik sanksi FIFA tujuh pemain Malaysia atas dugaan pemalsuan dokumen.
-
Kritik tersebut secara menyindir menyeret isu kewarganegaraan Malaysia dan Indonesia.
-
Kasus kini di CAS; TMJ desak fokus ke masalah lebih serius di sepak bola Malaysia.
Suara.com - Kontroversi besar yang menggemparkan sepak bola Malaysia kini menyeret nama Indonesia setelah Pemangku Sultan Johor, Tunku Mahkota Ismail (TMJ), melontarkan kritik tajam kepada FIFA.
TMJ menganalisis standar dokumen FIFA hingga menyindir bahwa jika dokumen Malaysia dianggap salah, maka masyarakat Malaysia mungkin orang Indonesia.
Isu ini bermula dari keputusan tegas FIFA yang menjatuhkan sanksi berat kepada tujuh pemain Harimau Malaya terkait dugaan pemalsuan dokumen naturalisasi.
Para pemain itu yaitu Gabriel Palmero, Facundo Garces, Rodrigo Holgado, Imanol Machuca, Joao Figueiredo, Jon Irazabal, dan Hector Hevel.
Masing-masing diberi denda jutaan dan dihukum larangan dari seluruh aktivitas sepak bola selama 12 bulan.
Bukan cuma itu saja, Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) juga diwajibkan membayar denda CHF350.000.
Dilansir dari Metro, media asal Malaysia, TMJ menyatakan bahwa FIFA sendiri sebelumnya telah mengizinkan ketujuh pemain tersebut tampil saat Malaysia menang 4-0 atas Vietnam dalam Kualifikasi Piala Asia pada 10 Juni lalu.
Tentu, baginya agak mengherankan karena pada akhirnya Malaysia harus dijatuhi sanksi FIFA.
"Kenapa dokumen mereka (FIFA) dianggap betul? Kenapa dokumen kita tidak betul? Jika dokumen kita salah, maksudnya Anda semua bukan warga negara Malaysia, mungkin anda orang Indonesia," kata TMJ.
Baca Juga: Cuaca Ekstrem Hantui Piala Dunia 2026, FIFA Pilih Ambil Kebijakan Ini
“Kalau mereka boleh persoalkan dokumen Jabatan Pendaftaran Negara (JPN), maka kewarganegaraan Anda juga boleh dipersoalkan,” jelasnya.
TMJ menegaskan bahwa proses ini kini berada di tangan CAS dan hasil akhir nanti tidak dapat dijadikan alasan untuk menyerah.
Pemilik klub Johor Darul Ta'zim (JDT) itu juga ulasan mengapa media terlalu fokus pada isu FIFA, sementara banyak masalah lain dalam sepak bola Malaysia yang membutuhkan perhatian lebih serius.
Kasus tujuh pemain kacukan ini pun menjadi salah satu isu paling panas dalam sepak bola negeri jiran, dan kini publik menantikan keputusan final CAS yang akan menentukan arah masa depan para pemain tersebut—dan stabilitas sepak bola Malaysia secara keseluruhan.
"Ini kini berada di CAS. Jika kita tidak menang, bukan berarti bola sepak kita mati. Kita perlu terus mara ke hadapan," jelasnya.