Suara.com - Sebagai orang yang sering menikmati keindahan alam, model dan aktris Dominique Diyose juga peduli terhadap lingkungan. Karenanya, dia memutuskan menjadi anggota Sea Soldier, gerakan atau kampanye lingkungan yang digagas Nadine Chandrawinata pada 2015.
Sea Soldier dibuat Nadine dengan tujuan untuk menyelamatkan ekosistem laut dari sampah-sampah. Sebagai aktris yang sering menyelam, dia tahu betul bagaimana kehadiran sampah bisa mengancam lingkungan, khususnya laut.
Tujuan mulia Nadine rupanya menyentuh hati Dominique. Dia pun memutuskan untuk bergabung dengan Sea Soldier dan berharap bisa berkontribusi menyelamatkan lingkungan.
Bagaimana cerita lengkap Dominique dan Sea Soldier, berikut ini petikan wawancaranya bersama Suara.com:
Kenapa Anda memutuskan untuk bergabung dengan Sea Soldier?
Aku senang banget dengan apa yang sudah dikerjakan Nadine dan tim. Mereka ini berani. Mereka juga memberi contoh buat yang lain. Dan nggak cuma anak muda kok, semuanya bisa berpartisipasi, anak kecil sampai orangtua karena kita itu sebenarnya nggak bisa lepas dari alam dan Sea Soldier ini bertujuan mengayomi, mengajak semua.
Aku kenal baik sama Nadine sudah lama, sudah tahunan sebelum dia bangun Sea Soldier sampai pada akhirnya sudah tahun ini. Kami sama-sama suka alam, tapi gaya travelling kami kan memang beda. Dan kebetulan dari kecil bukan tipe anak yang suka kasih tahu orang, baru sekarang-sekarang, ya apalagi karena kemajuan teknologi hahaha.
Sea Soldier ini untuk penyelamatan lingkungan alam di laut saja?
Nggak kok, ini untuk semua. Buat aku, ini adalah gerakan yang sangat baik. Kalau bisa, lebih banyak yang join. Alangkah Indahnya kalau nanti terus ada generasi penerusnya. Hidup tenang dan baik.
Baca Juga: Dominique Diyose Bantah Nikah Diam-diam
Apa sih bentuk kegiatan Sea Soldier?
Gerakannya. Kan anak muda zaman sekarang ini yang paling suka ya movement. Setiap ada anak muda yang terlibat pasti Sea Soldier kasih apresiasi. Dan buat aku kayak ngajak orang untuk bergerak lalu ada aksi itu sudah kelihatan dan semua jadi ikut melakukannya. Kayak kemarin juga ada aksi #beranigaklo.
Aksi #beranigaklo apa?
Begini, kalian punya pemahaman nggak sih soal apa yang kalian pakai atau konsumsi itu sudah menggerus sumber daya alam (SDA) ngerti nggak. Tisu toilet itu dari apa, plastik, tau nggak kalau terus buang sampah tanpa peduli dampaknya apa, 10 atau 20 tahun kemudian. Sesimpel itu sebenarnya. Kita sebagai manusia harus sadar dengan apa yang kita lakukan. Sama kayak Menolak minum pakai sedotan plastik. Ini ada anak-anak yang menggambar di tote bag lalu mereka akan menukar tote bag-nya dengan tas plastik yang dipakai orang untuk belanja di sini.
Selama ini apa saja hambatan yang ditemui mengampanyekan program Sea Soldier?
Di Indonesia kalau menurut aku yang paling krusial dan berbahaya adalah kelapa sawit, hutan sawit yang banyaknya mengambil lahan secara besar-besaran. Sawit itu murah sehingga memang banyak dipakai untuk kebutuhan konsumsi manusia, ya kan.
Minyak sendiri, masak, kosmetik, lipstik, bedak, skin care apalagi kita perempuan ya hampir semuanya pakai. Margarin pun juga. Hutan sawit kalau tidak dibatasi dia akan mengambil unsur hara dari bagian hutan yang lainnya, jadi hutan belantara enggak punya tempat. Dan kalau di tanah sudah mati unsur haranya, itu mbak bisa belasan puluhan tahunan, gila, untuk bisa subur lagi.
Yang bikin aku kecewa di sini adalah sistem pemerintahan. Kami nggak akan bisa kerja sendiri kalau nggak dibantu regulasi pemerintah. Contohnya hutan sawit. Bisa sukses kalau hutan sawit itu sustain, berkelanjutan. Jangan lupa yang memberi kita oksigen dan air bersih itu khususnya Jakarta kota besar begini itu adalah hutan. Habislah kita, mau tinggal dimana lagi nanti?
Bagaimana Anda menerapkan ramah lingkungan kepada keluarga?
Yang paling penting adalah pemahaman dan kesadaran. Ubah ini semua jadi habit kita gitu enggak gampang. Tapi biasain deh kalau kayak buang sampah dari mobil, sering banget itu ya Tuhan. Kalau aku masukin dulu saja di tas, kalau kotor ya tas gue ini yang kotor. Habis itu kalau di rumah lihat tempat sampah, baru dibuang.
Naik gunung juga begitu, sampai bawa kantong sampah sendiri. Oh ya sempat juga sampai pungutin sampah di gunung karena nggak tahan, masak jalur pendakian kotor banget. Dan banyak banget sampah plastik yang enggak bisa didaur ulang, itu kesel banget. Pokoknya harus cari tahu, semua ada aturannya.
Bukan nggak ngerti tapi pada enggak mau ngerti. Coba buat sadar dan i wanna know. Itu bisa ngebantu banget. Karena kemajuan teknologi, kita mudah puas. Ngelihat foto bagus, sudah senang saja, apa benar yang dia lakukan, valid? Yang penting fotonya bagus saja. Itu salah banget menurut aku. Kita hidup Kejar-kejaran dengan teknologi jadi lupa dan konsumerisme, jadi makin lupa dengan sumber daya alam yang dipakai.
Dukungan suami (Ivan Handoyo) seperti apa?
Kan aku juga aktif di konservasi hutan dan orang hutan. Justru yang mengenalkan aku sama orang hutan ya mas Ivan. Aku dari dulu memang suka alam dan satwa liar tapi suamiku sudah kerja duluan. Ya memang (cocok).
Aku, Davina dan suamiku dan beberapa orang di Borneo Orang Utan Survival Foundation, kami lagi bekerja sama untuk bikin kampanye nasional konservasi orang hutan dan hutan. Nanti akan ada kampanye bareng tokoh-tokoh politik dan menteri serta para pekerja seni dan lapangan yang punya kewaspadaan akan hal ini. Enggak semuanya publik figur tapi yang paling penting adalah punya kepedulian untuk ke arah sana.