Suara.com - "Om jalan-jalan yuk naik kuda," kata Sherin mengajak pamannya, Dolly, di suatu hari.
Mendengar ucapan putrinya yang berusia 10 tahun itu, air mata Irma Suryatin tak bisa dibendung. Dia teringat almarhum suaminya, pelawak Sapri Pantun atau juga dikenal Bang Sapri.
Sherin menganggap Dolly sebagai ayahnya sendiri setelah Sapri pergi ke pangkuan Ilahi pada 10 Mei lalu. Anak seusianya memang masih butuh figur ayah.
"Maaf ya Om, dia biasa naik kuda sama papanya," kata Irma tak enak hati kepada adik iparnya itu sambil berurai air mata.
Beberapa hari sebelumnya, Irma juga menangis karena merindukan sosok Sapri. Kenangannya bersama almarhum terlalu banyak sehingga sulit membuat hari-harinya dilalui tanpa rasa sedih.
![Istri pelawak Sapri, Irma Suryatin, dan anaknya, Sherin Alana [Suara.com/Herwanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/05/12/96083-istri-pelawak-sapri-irma-suryatin-dan-anaknya-sherin-alana-suaracomherwanto.jpg)
Air mata Irma seakan tak pernah kering meski kabar duka itu terjadi sekitar lima bulan lalu.
Bayang-bayang Sapri masih melekat di benaknya.
Kepiluan Irma yang masih berlangsung hingga sekarang diceritakan Dolly kepada Suara.com belum lama ini. Menurut Dolly, kakak iparnya itu tak boleh ditinggal sendiri sebab bisa jadi pemicu melamun dan lagi-lagi teringat Sapri.
Menurut Dolly, Irma belum menerima 100 persen kalau Sapri telah meninggal dunia. Tak
bisa ditampik, kepergiaan Sapri terbilang mendadak. Dia cuma beberapa hari dirawat di rumah sakit sebelum akhirnya wafat.
Kondisi ini tak jauh berbeda dari si sulung Sherin. Mendengar nama Sapri saja, bocah kelas empat SD ini bisa mendadak menangis.
Baca Juga: Liputan Khusus Artis: Mereka Hadapi Corona di Negeri Orang
Mewarisi usaha
Sepeninggal Sapri, Irma tak bekerja lantaran repot mengurus Sherin dan si bungsu yang masih
bayi. Agar dapurnya tetap ngebul, dia mengandalkan penghasilan dari bisnis yang dibangun almarhum semasa hidup.
"Almarhum itu nggak mewariskan uang, tetapi usaha," kata Dolly.
Usaha tersebut adalah warung soto yang dirintis almarhum bersama Dolly di bilangan Cipulir, Jakarta Selatan. Ada lagi usaha bubur yang modalnya hasil gabungan Sapri dan kakak ipar.
Sapri meninggal, praktis Dolly yang meneruskan mengelola warung soto tersebut. Tiap bulan, dia akan menyerahkan sebagian hasil pendapatannya kepada Irma. Tapi selama pandemi, penghasilan warung soto Sapri menurun drastis.
![Dolly di warung soto peninggalan kakaknya, Sapri Pantun [Suara.com/Rena Pangesti]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/10/30/80389-dolly-di-warung-soto-peninggalan-kakaknya-sapri-pantun-suaracomrena-pangesti.jpg)
Dolly dan Irma tetap mensyukuri berapapun omzet yang masuk. Dolly percaya usaha keras tak pernah mengkhianati hasil.