Suara.com - Joko Anwar menjadi salah satu sineas Tanah Air yang sukses. Pembuktiannya hadir lewat karya hingga meraih sejumlah prestasi.
Sebut saja film Perempuan Tanah Jahanam di mana pada penyelenggaraan FFI 2020 meraih enam Piala Citra. Termasuk di antaranya adalah Sutradara Terbaik.
Sebelum sampai di tahap kesuksesan ini, Joko Anwar melalui perjalanan hidup yang tak mudah. Salah satunya dari segi finansial.
Lalu seperti apa kisah selengkapnya dari perjalanan hidup dan karier seorang Joko Anwar? Simak wawancara ekslusif tim Suara.com bersama sineas yang sudah membuat 17 film bioskop ini.
![Joko Anwar ditemui di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat pada Selasa (2/11/2021) [Suara.com/Rena Pangesti]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/11/03/70883-joko-anwar.jpg)
Seperti apa kehidupan Joko Anwar di masa kecil?
Saya lahir dan besar di pinggiran kota Medan, daerah Amplas. Ini kebetulan dulu dikenal kriminalitas dan premanisme tinggi. Bahkan ketika di usia 12 tahun banyak ditangkap karena kriminalitas. Aku hidup di lingkungan hidup yang keras dan nggak nyaman.
Apakah pernah jadi korban perundungan?
Jadi korban perundungan banget dari kecil. Tapi alasannya belum bisa saya bilang karena itu akan ada di film otobiografi. Setiap hari jadi korban perundungan, teman-teman saya itu membully saya.
Karena lingkungan di daerah rumah tidak nyaman akhirnya aku jalan ke bioskop umur 5 tahun.
Baca Juga: Interview: Dampak yang Dirasakan Natasha Wilona Usai Bintangi Little Mom
Umur 5 tahun punya uang buat nonton film?
Mengumpulkan uang jajan untuk nonton ke bioskop. Kalau ada uang aku beli tiket, misalnya nggak ada, aku ngintip dari lubang ventilasi. Dulu kan nggak ada AC dan ada ruang ventilasi, itu ada jendela yang dekat dengan tanah aku biasanya disitu.
Film apa yang ditonton?
Dulu di bioskop namanya Remaja Teater yang memutar film drama itu nggak ada. Hanya ada ya film horor, kungfu. Karena itu kan genre film untuk film masyarakat.
Kalau bisa diingat umur 5 tahun nonton film di bioskop berapa mas?
![Joko Anwar ditemui di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat pada Selasa (2/11/2021) [Suara.com/Rena Pangesti]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/11/03/99225-joko-anwar.jpg)
Harganya Rp 75 sampai Rp100 itu pas 1981, 1982 mulai nonton.