"Menurut saya, film ini enggak akan ada kalau situasi keagamaan kita enggak seperti saat ini, pelecehan di lingkungan keagamaan. Mereka yang memakai topeng agama. Yang salah bukan agama, tapi orang yang pengecut dan penakut. Dengan begitu mereka eksis melakukan kekerasan. Ini film hadir sebagai bentuk kekecewaan dan kesedihan saya," kata Hanung Bramantyo.
Hanung mengaku bersama Ifan Ismail sebagai penulis naskah, sudah siap menggarap film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa sejak sebelum pandemi Covid-19. Namun sayangnya, saat itu tidak ada satu pun produser yang mau berinvestasi. Hingga akhirnya Raam Punjabi dari MVP Pictures tertarik dalam proyek tersebut.
Tuhan, Izinkan Aku berdosa mengikuti perjalanan Kiran, yang setelah mengabdikan masa mudanya untuk kebajikan, terseret ke dalam jurang kehancuran oleh serangkaian pengkhianatan. Kekecewaannya mendorongnya untuk menggunakan keyakinannya dengan cara yang membingungkan, membawanya pada petualangan berbahaya yang menguji batas moralnya.
Saat tindakan pemberontakannya tak cukup, Kiran memutuskan untuk meningkatkan permainannya, menghadapi bahaya yang mengancam untuk membawa ke ke dalam kebijaksanaan atau malapetaka.