
"Ada jadwal, terus tek-tokan di atas panggung. Itu ibaratnya, bahasa kasarnya 'bunuh-bunuhan' lah," bongkar Soimah.
Lebih lanjut, Soimah membongkar mengenai daya tahan dan pertarungan antar mereka yang bekerja di sana. Siapa yang tidak cepat, maka dia yang akan kalah bahkan juga mati kariernya di dunia pertelevisian.
"Cepet-cepetan mana yang enggak bisa ngomong, mana yang enggak cepat, ya itu dia yang akan 'mati'. Ibaratnya perang tuh gitu," tegas Soimah.
Saat terjun ke dunia televisi, Soimah sempat ditegur lantaran tidak menghilangkan aksen dan karakter Jawa-nya. Namun alih-alih nurut, Soimah memberanikan diri untuk membantah dan rela tidak diundang jika harus menghilangkan karakter tersebut.