Karena itu, orang desa menyebut ayah Gus Miftah sebagai kyai, meskipun bukan kyai besar yang memiliki pondok pesantren.
"Bapak saya di sini itu ditokohkan sebagai ulama yang tertua pada saat ini di wilayah kami. Bapak saya kyai, tapi ya bukan kyai besar seperti di Jawa. Bapak saya cuman merawat orang desa, merawat jemaah yasin dan lainnya," jelas adik Gus Miftah.