Bagi seseorang dengan trauma seperti Nyonya M., yang dikekang dengan pandangan bahwa generasi tua tahu segalanya, permintaan tersebut adalah permintaan yang kurang ajar. Ibarat Nyonya M. diminta untuk 'mengusir' suaminya sendiri.
Nyonya M. tak mampu kehilangan Cu Li, apalagi dengan cara yang diminta sang keponakan, yang menurutnya tidak berperasaan. Keponakannya menolak menghirup udara yang sama, dalam rumah yang sama dengan Cu Li dan menurutnya itu adalah pandangan yang masuk akal.
Kali ini, ketika menatap layar, Anda tidak dihadapkan pada pertarungan antara Nyonya M. dan keponakannya. Anda berhadapan dengan pertarungan antara generasi tua dan generasi muda, antara seseorang yang berduka atas kematian suami dan seseorang yang siap menyambut kelahiran anak di dalam kandungan.
Anda berhadapan dengan pecakapan antara seseorang yang berkabung dalam kabut yang sama terus-menerus dan seseorang yang mendambakan nafas yang baru. Anda berhadapan dengan seseorang yang memeluk trauma dalam dirinya karena itu alasan untuk bertahan dan seseorang yang menolak trauma tersebut diwariskan kepadanya dan anak-anaknya.
Trauma transgenerasional, kita menyebutnya. Jenis trauma ini sangat berbahaya karena selain mampu merusak jiwa seseorang, ia akan merusak jiwa satu keluarga.
Menurut saya, tidak ada manusia yang 100 persen bersedia memberi kesempatan kepada orang lain untuk menyentuh trauma di dalam dirinya. Apalagi berkuasa untuk menentukan bagaimana cara mereka menghadapi trauma tersebut. Saya rasa, itu yang dirasakan Nyonya M. pada awalnya.
Hingga pelarian sejenak yang dilakukan Nyonya M. ke dalam pelukan dansa pria muda beramput pirang tidak berakhir sia-sia. Kembali ditinggalkan membuat Nyonya M. merenungkan apa yang sebenarnya perlu dipertahankan.
Nyonya M. memilih mempertahankan keluarga yang dibangun bersama keponakannya, bukan bersama Cu Li. Bukan karena Cu Li adalah seekor primata dan keponakannya adalah manusia, melainkan karena Cu Li sudah sakit dan Nyonya M. berhak untuk tidak mempertahankan apa yang sakit di dalam keluarganya.
Tahu kah Anda bagaimana Nyonya M. mengucapkan perpisahan kepada Cu Li? Nyonya M. meninggalkan Cu Li di tempat dia ditinggalkan oleh pria muda beramput pirang. Ia meninggalkan Cu Li di sana.
Baca Juga: Review Jujur Dark Nuns: Film Horor Kok Bikin Ngantuk
Kini, saya tahu mengapa film berjudul asli Cu Li Không Bao Gi Khóc ini ditayangkan Festival Film Internasional Berlin 2024. Karya Pham Ngoc Lan ini kelam dan menggelitik--serta tidak diperuntukkan semua orang.