Tema yang diangkat memang kontroversial, tetapi tampaknya tidak cukup untuk membuat film ini sukses secara komersial.
Film ini diproduksi oleh Dee Company dan dibintangi oleh Wulan Guritno, Tissa Biani, dan Yusuf Mahardika.
Namun, meskipun memiliki jajaran pemain ternama dan mengangkat tema yang sempat heboh, film ini tetap kurang diminati penonton.
Salah satu alasan utama yang mungkin menjadi penyebab kegagalan film ini adalah ketidaksesuaian tema dengan momen Lebaran.
Lebaran adalah momen kebersamaan keluarga, di mana banyak orang mencari tontonan yang lebih ringan dan sesuai untuk dinikmati bersama.
Tema perselingkuhan dalam Norma dinilai tidak relevan dan bahkan bisa dianggap tidak pantas untuk ditonton saat berkumpul bersama keluarga.
Persaingan Ketat dengan Film Lain
Persaingan yang ketat dengan film-film lain yang memiliki daya tarik besar juga menjadi faktor penting.
"Pabrik Gula," misalnya, merupakan film horor yang diadaptasi dari thread viral oleh Simpleman, mengingatkan penonton pada kesuksesan besar "KKN di Desa Penari."
Baca Juga: 4 Film yang Dibintangi Ray Sahetapy, Aktor yang Meninggal di Usia 68 Tahun
Genre horor sendiri sudah dikenal sebagai favorit di Indonesia, jadi tidak begitu mengejutkan jika film garapan Awi Suryadi ini paling laku.

Sementara itu, "Qodrat 2" sebagai sekuel dari film yang cukup sukses membawa unsur laga dan religi yang menarik bagi penonton.
"Komang" menghadirkan kisah asmara yang terinspirasi dari lagu populer, sedangkan "Jumbo" hadir sebagai pilihan ramah anak yang bisa dinikmati seluruh keluarga.
Selain persaingan yang kuat, kemungkinan lain adalah kejenuhan penonton terhadap film dengan tema perselingkuhan yang diangkat dari kisah nyata.
Beberapa tahun terakhir, film dan series bertema serupa sudah cukup banyak bermunculan.
Mungkin masyarakat kita sudah merasa bosan dan menginginkan sesuatu yang lebih segar.