Pergantian nama tersebut dipercaya oleh orangtuanya bisa membawa keberuntungan dan kesehatan. Akhirnya, nama Sumarti pun digunakan hingga masa remaja.
![Keluarga dan petugas membawa turun Jenazah Penyanyi Titiek Puspa untuk disemayamkan saat tiba di rumah duka di Pancoran, Jakarta, Kamis (10/4/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/04/10/16562-titiek-puspa-rumah-duka-titiek-puspa.jpg)
Di masa kecilnya, Titiek Puspa sebenarnya bercita-cita menjadi guru taman kanak-kanak. Namun, jalan hidup berkata lain.
Setelah beberapa kali memenangkan lomba menyanyi, dia mulai serius menekuni dunia tarik suara di usia 14 tahun. Sayangnya, niat tersebut ditentang keras oleh ayahnya.
"Karena saya enggak boleh nyanyi, saya bikin nama sendiri. Bapak saya bilang, 'Jangan jadi tukang nyanyi, memalukan keluarga,'" katanya mengenang.
Lahirnya Nama Titiek Puspa
Ketika hendak mengikuti kompetisi Bintang Radio, yang saat itu sangat bergengsi, Sumarti memutuskan menggunakan nama samaran agar tak diketahui keluarga.
Seorang temannya menyarankan nama "Titiek Puspo," gabungan dari panggilannya sehari-hari "Titiek" dan "Puspo," yang diambil dari nama ayahnya.
Belakangan, Titiek mengganti "Puspo" menjadi "Puspa," yang dianggap lebih manis dan puitis.
Namun rencana itu terbongkar karena panitia lomba meminta surat izin orangtua.
Baca Juga: Jenazah Titiek Puspa Tiba di Rumah Duka, Penjagaan Diperketat
Dia pun meminta bantuan kakaknya, yang akhirnya meyakinkan sang ayah agar mengizinkannya bernyanyi.
"Saya panggil kakak saya yang sudah di Gama, tolong dong bilangin bapak, aku mau nyanyi. Bapak bilang 'enggak bisa.' Kakak bilang 'saya yang tanggung jawab,'" ujarnya.

Sejak saat itu, nama Titiek Puspa tak hanya menjadi identitas panggung, tetapi juga nama legal yang tertera di akta kelahirannya.
Nama ini pula yang digunakannya untuk menamai orkes pengiringnya, Puspa Sari, yang menjadi awal mula karier profesionalnya.
Perjalanan hidup Titiek Puspa mencerminkan perjuangan seorang perempuan yang gigih mengejar mimpinya di tengah keterbatasan dan tekanan sosial.
Dari nama yang terus berganti, hingga perjuangan melawan larangan keluarga, dia akhirnya menjelma menjadi ikon seni Indonesia.