Fedi Nuril Sudah Perjuangkan Royalti Film Sejak 2008

Selasa, 22 April 2025 | 20:53 WIB
Fedi Nuril Sudah Perjuangkan Royalti Film Sejak 2008
Fedi Nuril saat berkunjung ke kantor Suara.com di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (12/12/2024). [Suara.com/Tiara Rosiana]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Fedi Nuril meneruskan keresahan para pelaku industri film tentang jatah royalti bagi karya-karya lama yang mereka bintangi dan diputar ulang di berbagai media.

Ternyata, Fedi sudah mencoba memperjuangkan hal itu sejak partisipasinya di film Ayat-Ayat Cinta pada 2008.

"Saya pernah mencoba di awal. Dari film Ayat-Ayat Cinta sudah diusahakan," ungkap Fedi Nuril di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta, Selasa (22/4/2025).

Sayang, Fedi enggan berbagi cerita tentang hasilnya memperjuangkan royalti untuk para pekerja film yang karyanya diputar ulang di berbagai media setelah turun layar.

"Hasilnya, untuk saya sendiri dulu," kata Fedi Nuril sambil tertawa.

Fedi cuma berkata dirinya masih berupaya mendiskusikan kemungkinan pembagian royalti untuk setiap pemutaran ulang film yang ia bintangi.

"Masih berupaya, pasti. Namanya negosiasi, mengajukan dulu, nggak ada salahnya," tutur Fedi Nuril.

Fedi juga sempat memberi sinyal soal belum adanya kesediaan para produser untuk membicarakan masalah pembagian jatah royalti dari film yang diputar ulang.

Baca Juga: Cerita Awal Mula Fedi Nuril Rajin Kritik Pemerintah

"Harusnya terbuka, diobrolin. Kalau menolak, alasannya apa. Kalau diterima, tinggal diomongin hitung-hitungam yang dirasa adil," kata Fedi Nuril.

Fedi sadar, seorang produser butuh modal tidak sedikit untuk membuat film. Peluang untuk balik modal pun sama besarnya dengan kemungkinan merugi.

"Ya kami harus ingat, modal pertama itu dari produser atau investor. Sebenernya, buat film itu kan resikonya tinggi. Banyak yang rugi ketimbang untung," tutur Fedi Nuril.

Hanya saja, tidak ada salahnya juga menurut Fedi kalau para produser mau diajak berdiskusi soal bagi hasil dari film-film lama yang diputar ulang di luar bioskop.

"Kalau hanya sekedar negosiasi atau mengajukan, nggak masalah," ucap Fedi Nuril.

Sebagai informasi, isu royalti bukan cuma ramai diperbincangkan di industri musik Tanah Air. Mereka yang aktif di panggung layar lebar pun menyuarakan hal serupa.

Keluhan sempat datang dari satu-satunya personel Warkop DKI yang tersisa, Indro, yang mengaku belum pernah menerima royalti dari penayangan ulang film-film lama Warkop DKI.

Fedi Nuril senggol Hasan Nasbi terkait RUU TNI. [Instagram]
Fedi Nuril senggol Hasan Nasbi terkait RUU TNI. [Instagram]

Padahal, sudah sejak 2002 nama Warkop DKI terdaftar sebagai produk dengan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di dalamnya. Indro sendiri yang kala itu mendaftarkannya ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI).

Indro sampai bingung sendiri, bagaimana semestinya sistem pembayaran royalti karya film diterapkan.

Bukan ke dirinya saja, anak-anak mendiang Dono dan Kasino pun belum merasakan manfaat penayangan ulang karya-karya lama Warkop DKI.

Keluhan serupa sempat diutarakan juga oleh aktor senior Roy Marten, yang mengaku sudah sejak lama memperjuangkan royalti film.

Roy menghendaki, aktor-aktor yang terlibat dalam penggarapan film tertentu berhak mendapat royalti beberapa persen dari honor awal yang disepakati, saat karya mereka diputar ulang.

Namun, keluhan Roy soal royalti film pun tidak didengar karena saat itu cuma dirinya seorang yang menyuarakan keresahan itu.

Fedi Nuril sendiri sebelumnya juga sudah berpendapat soal pentingnya pembahasan bagi hasil royalti film lama dari setiap pemutaran ulangnya.

"Menurut saya layak. Apalagi, kalau film itu dianggap sukses dan umurnya panjang," tutur Fedi Nuril.

Dalam setiap penggarapan film, produser pasti sudah memperkirakan bakal sesukses apa karya ciptaannya.

Fedi menilai, kesepakatan tentang pembayaran royalti kalau sebuah film diputar ulang setelah turun layar perlu dipersiapkan sejak awal oleh seluruh tim produksi dan pemainnya.

"Film itu kolektif ya, dibuat bersama-sama. Kalau tim produksi film itu yakin sukses dan usahanya dirasa perlu dapat imbalan lebih, itu harus diomongin di awal dengan aktornya. Kalau baru diomongin di tengah-tengah, itu tidak adil," jelas Fedi Nuril.

Jangan sampai, kisruh performing rights yang kini membuat hubungan penyanyi dan pencipta lagu merenggang bakal terjadi juga di industri film Tanah Air.

"Kalau berharap dari produser, kalau memang dia menginisiasi itu, ya sangat dermawan. Tapi kalau hanya menunggu juga kurang tepat. Apalagi kalau sudah beberapa tahun, baru dipermasalahkan," pungkas Fedi Nuril.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI