Suara.com - Fedi Nuril belakangan bukan cuma dikenal publik sebagai salah satu aktor bertalenta yang dimiliki industri hiburan Tanah Air.
Di mata orang yang melek politik, Fedi Nuril ikut mendapat sorotan sebagai publik figur yang cukup keras dalam menyuarakan kritik terhadap pemerintah.
Kini, Fedi Nuril berbagi cerita soal awal mula dirinya mulai menyuarakan kritik atas kebijakan-kebijakan pemerintah yang bertentangan dengan nuraninya.
Kisah dimulai dari kekecewaan Fedi Nuril dengan ragam kontroversi sejak periode kedua pemerintahan Presiden RI ke-7, Joko Widodo bergulir.
"Bukan resah lagi, udah marah sih itu dengan situasinya," kata Fedi Nuril ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (22/4/2025).
Fedi Nuril bukan orang yang ingin cari panggung lewat sikap politiknya. Sudah sejak lama dia mengikuti perkembangan isu politik.
"Saya tuh dari dulu memang sudah tertarik dengan sosial politik," ujar Fedi Nuril.
Namun, Fedi Nuril tidak banyak mengutarakan kritik di masa lalu karena isu politik yang dulu muncul belum mengusik nuraninya. "Dulu memang lebih pasif," tutur sang aktor.
Baca Juga: Fedi Nuril Sudah Perjuangkan Royalti Film Sejak 2008
Sampai ketika Presiden Joko Widodo mengajak Prabowo Subianto bergabung ke kabinet di periode keduanya menjabat, Fedi Nuril merasa harus menyuarakan kritik.
"Enggak bisa pasif lagi sih. Saya merasa harus bersuara," imbuh bintang film Air Mata di Ujung Sajadah ini.
Fedi Nuril menyebut keputusan melibatkan Prabowo Subianto ke pemerintahan sebagai pilihan nirempati, khususnya bagi mereka yang jadi korban penculikan tragedi 1998.
Sampai sekarang, masih ramai diperbincangkan perihal dugaan keterlibatan Prabowo Subianto terhadap penculikan aktivis-aktivis di masa itu.
"Buat saya, itu adalah sebuah keputusan yang tidak ada empati kepada keluarga korban penculikan yang sampai sekarang belum pulang. Dari situ kepercayaan mulai menurun," ucap Fedi Nuril.
![Fedi Nuril senggol Hasan Nasbi terkait RUU TNI. [Instagram]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/03/22/22879-fedi-nuril.jpg)
Hal itu diperparah dengan rentetan kebijakan berikutnya dari Presiden Joko Widodo, yang Fedi Nuril anggap sarat kepentingan dan tidak berpihak ke rakyat lagi.
"Balik lagi ya, pelemahan KPK, UU Cipta Kerja, putusan MK yang akhirnya bisa membuat Gibran menjadi wapres, dan sampai akhirnya manuver pak Jokowi yang memilih untuk mendukung Pak Prabowo di Pilpres 2024 kemarin," tutur Fedi Nuril.
Sejak saat itu, Fedi Nuril memilih jadi oposisi yang gencar menyuarakan kritik ke pemerintah.
"Saya enggak mau pak Prabowo menang. Jadi dari situ, saya mulai bersuara," kata Fedi Nuril.
Fedi Nuril memang jadi salah satu artis yang cukup vokal menyuarakan keresahannya tentang politik sejak gelaran Pemilu 2024.
Lewat beberapa tulisan di platform Twitter atau X, Fedi Nuril menyerukan keyakinannya tentang campur tangan Joko Widodo di balik kemenangan Prabowo-Gibran.
Sampai hari ini, sikap Fedi Nuril tetap tidak berubah. Kritik ke pemerintah atas hal-hal yang kurang berkenan di hati tetap ia dengungkan lewat berbagai media.
"Selama yang saya omongin itu benar, saya paham betul dan bukan hoaks atau fitnah, itu yang bikin tenang. Itu akan banyak yang sependapat atau sepaham, bahkan mungkin sulit buat dicounter karena bener," imbuh Fedi Nuril.
Aksi Fedi Nuril menyuarakan perbedaan pilihan politik bukan tanpa akibat. Dia jadi sasaran kemarahan akun buzzer di berbagai media sosial.
Tak jarang juga, Fedi Nuril menghadapi adu pendapat dengan politisi-politisi pendukung pemerintahan Prabowo-Gibran imbas kritiknya.
Namun sekali lagi, Fedi Nuril tetap pada pilihannya untuk bersebarangan dengan pelaku pemerintahan yang tidak sesuai hati nuraninya.
"Orang yang belain justru ketauan buzzer-nya. Masak kayak gini masih dibelain? Udah jelas salah," katanya menegaskan.