Kata Ariyo Wahab Soal Ribut-Ribut Royalti Performing Rights

Sumarni Suara.Com
Kamis, 01 Mei 2025 | 13:59 WIB
Kata Ariyo Wahab Soal Ribut-Ribut Royalti Performing Rights
Ariyo Wahab dalam kunjungannya ke redaksi Suara.com, Selasa (29/4/2025) [Suara.com/Adiyoga Priyambodo].

Suara.com - Nama Ariyo Wahab memang masuk daftar penyanyi yang ikut mengajukan gugatan uji materi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta atau UU Hak Cipta ke Mahkamah Konstitusi (MK).

Namun rupanya, nama Ariyo Wahab sekedar dicantumkan sebagai anggota Vibrasi Suara Indonesia (VISI) dan tidak benar-benar ikut bagian dalam merumuskan gugatan.

"Aku nggak mementingkan itu ya," ungkap Ariyo Wahab di sela kunjungannya ke redaksi Suara.com yang berada di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan pada Selasa, 29 April 2025.

Bagi Ariyo Wahab, ada hal mendasar yang lebih penting untuk dijaga para penyanyi dan pencipta karya dalam bekerja sama mempopulerkan sebuah lagu.

"Dalam musik itu yang penting ada harmoninya kan. Semua berjalan dengan harmoni," kata Ariyo Wahab.

Ariyo Wahab dalam kunjungannya ke redaksi Suara.com, Selasa (29/4/2025) [Suara.com/Adiyoga Priyambodo].
Ariyo Wahab dalam kunjungannya ke redaksi Suara.com, Selasa (29/4/2025) [Suara.com/Adiyoga Priyambodo].

Selama ini, Ariyo Wahab sudah menerapkan prinsip tersebut dan ada bukti nyata bahwa dirinya berhasil.

"Aku kan nggak pernah ada masalah sama yang lain. Jadi ya, itu aja yang aku rawat. Sama kok, temen-temen yang lain dari The Dance Company juga mikirnya begitu," terang Ariyo Wahab.

"Semua dulu diawali dengan hubungan yang sangat harmonis, ya kan? Mulai dari tahun 80-an, 90-an. Andi Rianto itu malah, 'Yo, nyanyiin lagu gue dong'. Itu malah udah yang sekelas seperti itu. Terus ada lagi Bongki, Pay. Ya aku berhubungan dengan orang-orang itu, dan aku rawat hubungan itu," imbuh lelaki yang juga berprofesi sebagai aktor.

Ariyo Wahab juga merasa lebih nyaman membangun kerja sama dengan pencipta lagu lewat metode seperti itu, daripada terlalu kaku memikirkan aturan bagi hasil yang layak.

Baca Juga: Bidan Jadi Sopir Ambulans: Kisah Heroik di Dairi Akibat Efisiensi Anggaran!

"Menurutku, kayak gitu lebih nyaman dan lebih enak untuk berkarya. Malah nggak ada mikirin yang macem-macem," kata Ariyo Wahab.

Dari pengalaman Ariyo Wahab, kedekatan personal dengan pencipta lagu pada akhirnya akan memunculkan sendiri rasa empati untuk berbagi keuntungan secara adil.

"Kami kan tetep simbiosis mutualisme. Semuanya tetep dapet keuntungan masing-masing sesuai dengan porsinya, dengan effort yang mereka lakukan," jelas Ariyo Wahab.

Terbukti dari perjalanan kariernya sebagai penyanyi, Ariyo Wahab belum pernah menghadapi konflik perizinan lagu seperti yang belakangan marak diangkat ke publik.

"Kalau di aku nggak ada sih," beber Ariyo Wahab.

Namun, Ariyo Wahab juga tidak mau metodenya dianggap sebagai sikap yang harus diikuti penyanyi maupun pencipta lagu lain.

Ariyo Wahab tetap mempersilakan orang-orang yang merasa harus memperjuangkan hak atas royalti lagu ciptaannya lewat aturan bagi hasil yang baku dan diatur dalam undang-undang.

"Itu kan sikap masing-masing aja. Sah-sah aja kalau emang orang punya sikap seperti itu. Kan background orang emang masing-masing dalam membuat karya," ucap Ariyo Wahab.

Sebagaimana diketahui, kisruh penyaluran performing rights dari penyanyi ke pencipta lagu memang masih jadi isu besar yang mendapat sorotan tajam.

Semakin banyak pencipta lagu dari Asosiasi Komposer Seluruh Indonesia (AKSI) yang ikut mengeluhkan masalah minimnya performing rights yang didapat dari karya-karya ciptaan mereka.

Sebut saja Denny Chasmala hingga Rieka Roslan, yang dari karya-karya populernya cuma bisa menghasilkan uang puluhan juta Rupiah dalam satu tahun.

Lagi-lagi, sistem pembayaran langsung atau direct license dianggap solusi terbaik oleh para anggota AKSI untuk memenuhi rasa keadilan mereka.

Model pendistribusian performing rights lewat Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) yang selama ini diterapkan terbukti tidak efektif sama sekali.

Namun bagi mereka yang tidak tergabung dalam AKSI, masih ada harapan untuk pembenahan sistem kerja dari LMK agar bisa menjalankan fungsinya dengan baik.

Perbedaan pandangan itu juga yang kini malah memicu ketegangan antar sesama musisi.

Padahal, perjuangan masing-masing kubu membawa misi yang sama, yakni untuk memperjuangkan hak musisi yang belum terpenuhi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI