Suara.com - Rayen Pono mendadak mengunggah sebuah narasi mengatakan ada sekelompok orang yang ingin merusak industri musik Tanah Air.
Awalnya, dia menyoroti tentang beberapa kasus pencipta lagu yang meminta royalti langsung pada penyanyinya. Bahkan menuntut ganti rugi hingga miliaran karena dianggap tak pernah izin membawakan lagu mereka.
Kasus itu antara lain menimpa Agnez Mo, Lesti Kejora hingga paling baru Vidi Aldiano.
Menurut Rayen, sejak kehebohan soal royalti yang dituntut pencipta lagu langsung dari penyanyinya ini gara-gara Ahmad Dhani.
Dhani bersama beberapa rekan musisi yang tergabung dalam Asosiasi Komposer Seluruh Indonesia (AKSI) memang sangat memperjuangkan direct license atau royalti dibayar langsung ke pencipta lagu.
"Kegaduhan ini semua berawal dari gerombolan yang ingin kelihatan seperti hero padahal niatnya nggak baik," celetuk Rayen.
Mantan personel Pasto ini sampai mengibaratkan gerombolan yang diduga menyindir Ahmad Dhani cs seperti pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
![Rayen Pono sindir Ahmad Dhani? [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/05/11930-rayen-pono-sindir-ahmad-dhani.jpg)
"Mereka ini ibarat "Kim Joung Un yang sedang meneriakan HAM"," tambahnya.
Aksi yang dilakukan tersebut sebenarnya bertentangan dengan Undang-undang.
Baca Juga: Detik-Detik Ari Lasso Mundur Sebagai Vokalis Dewa 19, Lagu Hitam Putih Jadi Saksi
"Teriak keadilan tapi menabrak hukum, Undang Undangan dan keadilan itu sendiri, tapi nanti ujung-ujungnya gabung sama LMK. Inginku teriak...," ungkanya.
AKSI sendiri memang menentang sistem royalti yang dibayarkan melalui Lembaga Manajemen Kolektif (LMK).
Mereka menilai lewat LMK sistemnya kurang transparan sehingga bisa merugikan pencipta lagu.
Sementara itu lawan dari AKSI adalah Vibrasi Suara Indonesia alias VISI yang mewadahi para penyanyi.
VISI ingin pembayaran royalti tetap melewati LMK yang sudah dibentuk dan selama ini dinilai menjalankan tugasnya dengan baik.
Di bagian captionnya, Rayen kembali memberikan sindirian jika gerombolan yang menginginkan direct license seolah ingin merusak industri musik.