Vaksetomi Hingga Barak Militer, Iniah Daftar Kebijakan Dedi Mulyadi yang Kontroversial

Vania Rossa Suara.Com
Jum'at, 06 Juni 2025 | 14:42 WIB
Vaksetomi Hingga Barak Militer, Iniah Daftar Kebijakan Dedi Mulyadi yang Kontroversial
Dedi Mulyadi. (Dok. KDM CHannel/Youtube)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nama Dedi Mulyadi sebagai Gubernur Jawa Barat kerap menjadi bahan perbincangan publik. Bukan hanya karena gaya komunikasinya yang blak-blakan, tetapi juga karena sederet kebijakan kontroversial yang ia cetuskan.

Dedi dikenal sebagai pemimpin yang berani mengambil langkah-langkah nyentrik dan kontroversial dalam upayanya menata masyarakat.

Gebrakan kebijakannya tidak biasa, bahkan menuai pro dan kontra di tengah masyarakat, mulai dari program vasektomi sebagai solusi kemiskinan hingga ide barak militer untuk mendisiplinkan pelajar.

Berikut adalah deretan kebijakan kontroversial Dedi Mulyadi yang paling menonjol dan menuai banyak perhatian publik

1. Vaksetomi Sebagai Syarat Bansos

Salah satu kebijakan yang paling menuai sorotan adalah wacana menjadikan vasektomi sebagai syarat menerima bantuan sosial bagi pria dengan banyak anak.

Tujuannya adalah untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dan meningkatkan kualitas hidup.

Namun kebijakan ini menuai kritik tajam karena dinilai melanggar hak asasi manusia dan diskriminatif terhadap warga miskin.

2. Siswa “Bandel” Dikirim ke Barak Miller

Baca Juga: Denny Cagur Ikut Kritik Pendidikan Barak Militer, Dedi Mulyadi: Jangan Sibuk Urusi Saya

Dedi pernah menerapkan kebijakan mengirim siswa yang dianggap bermasalah atau “bandel” ke barak militer untuk diberi pembinaan disiplin.

Langkah ini dianggap sebagai bentuk militerisasi pendidikan dan mengundang perdebatan mengenai efektivitas serta dampaknya terhadap psikologis anak.

3. Larangan Wisuda dan Perpisahan Sekolah

Dalam rangka menghemat pengeluaran orang tua siswa, Dedi mengeluarkan larangan pelaksanaan wisuda dan perpisahan di sekolah tingkat dasar dan menengah.

Ia menilai tradisi tersebut cenderung mengarah ke pemborosan dan tak relevan. Meski didukung sebagian orang tua, kebijakan ini juga dikritik karena dianggap mematikan momen emosional siswa.

4. Larangan Study Tour

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI