Hindia menjadi salah satu musisi yang cukup vokal dalam mengkritisi pemerintah atas kebijakan dan berbagai fenomena di Indonesia. Salah satu yang jadi momen Hindia kritik pemerintah adalah lewat konsernya.
Hindia menggelar konser 25 On Blank Canvas pada Sabtu (7/6/2025) di Tennis Indoor Senayan, Jakarta. Lewat konsernya itu, musisi yang memiliki nama asli Daniel Baskara Putra ini menyampaikan keluh kesah dan kritik atas berbagai isu yang ramai baru-baru ini.
Namun ada satu hal yang menarik dalam sambutannya di atas panggung. Hindia secara terang-terangan mengaku takut karena terlalu vokal. Ia takut jika show-nya mungkin akan dipersulit hingga anggota timnya.
Lalu seperti apa bentuk dan kritik Hindia di konser 25 On Blank Canvas? Simak ulasannya yang sudah dirangkum berikut ini.
1. Hindia Singgung Soal Cho Yong Gi

Di atas panggung konsernya Hindia berdiri di hadapan seluruh penonton dan menyampaikan pidato singkat yang sebenarnya tak sering ia lakukan. Isi speech yang disampaikan Hindia adalah soal isu-isu terkini termasuk tentang kebijakan pemerintah.
Mulai dari kasus Cho Yong Gi, mahasiswa filsafat UI yang ditangkap saat aksi May Day padahal ia mengambil peran sebagai paramedis dalam aksi itu.
Musisi kelahiran 1994 ini juga menyinggung maraknya PHK besar-besaran yang terjadi belakangan ini.
Sambutan berani dari Hindia ini pun menuai decak kagum dari para penonton yang merasa relate dan setuju dengan kegelisahan yang dirasakan dan diungkap oleh Hindia dalam konsernya
2. Singgung Soal Efisiensi Anggaran

Hindia juga menyinggung soal adanya kebijakan pemerintah soal efisiensi anggaran.
Baca Juga: Ulasan Novel Lebih Putih Dariku: Menyelami Kisah Pedih Seorang Nyai
Menurut Hindia, kebijakan efisiensi anggaran dengan memotong berbagai anggaran di banyak lini strategis termasuk literasi dan sejumlah lini lainnya kurang tepat. Hindia merasa kebijakan itu sebagai cara untuk membuat masyarakat bodoh secara sistematis.
Soal kebijakan efisiensi anggaran ini memang sempat ramai di media sosial. Bahkan ada banyak konten satir penuh sindiran tentang kebijakan tersebut.
3. Aksi Kamisan hingga soal Raja Ampat

Hindia juga menyampaikan kritiknya lewat visual memukau dari layar LED besar di panggung. Salah satunya adalah gambar payung bertuliskan, 'Siapa pelakunya?' Visual ini tentang aksi Kamisan yang sampai sekarang masih terus dilakukan.
Tak cuma itu saja, Hindia turut pun turut berkomentar soal pertambangan nikel di Raja Ampat yang sedang disorot. Seperti diketahui Raja Ampat sedang jadi sorotan karena adanya aktivitas penambangan nikel di sana.
Setelah banyak kecaman dari masyarakat aktivitas penambangan itu memang dihentikan sementara. Namun, Bagi Hindia adanya wacana untuk penghentian penambangan sementara itu tidaklah cukup.
4. Khawatirkan Aksi Doxing

Masalah lain yang jadi poin kekhawatiran Hindia adalah maraknya aksi doxing alias tindakan pengungkapan informasi pribadi seseorang termasuk alamat hingga nomor telepon secara publik untuk menyakiti, mengancam, atau melecehkan.