Suara.com - Cinta Laura jadi salah satu artis yang bersuara keras menentang pertambangan nikel di Raja Ampat.
Lewat sebuah unggahan di Instagram baru-baru ini, Cinta Laura menggambarkan betapa dirinya lelah dengan jargon kemajuan bangsa yang dijadikan dasar untuk membenarkan segala hal.
"Capek denger, 'Ini demi kemajuan bangsa', tapi yang maju cuma segelintir elite. Yang mundur, rakyat kecil yang kehilangan tanah, air dan masa depan," tulis Cinta.
Kini, Cinta Laura berbicara lebih detail tentang alasannya membela hak tanah Papua setelah kekayaan alam mereka dieksploitasi.
Hadir sebagai narasumber dalam podcast Daniel Mananta, Kamis, 12 Juni 2025, Cinta Laura mengaku punya kenangan manis dari kunjungan terakhirnya ke Papua.
"Ada memori-memori indah saat aku berkunjung ke Papua tahun lalu," beber Cinta.
Memang, Cinta Laura bukan berkunjung ke Raja Ampat saat terakhir kali menginjakkan kaki di titik timur Indonesia itu.
"Aku belum pernah ke Raja Ampat, tapi aku pernah berkunjung ke Jayapura, ke Wamena," kata Cinta.
Namun dari kunjungannya ke Wamena, Cinta Laura mendapat pelajaran berharga tentang bagaimana cara hidup masyarakat di sana.
Baca Juga: Bareskrim Gandeng KLH-Kemen ESDM Usut Izin Nikel Raja Ampat, Kapolri Ungkap Alasannya!
"Di situ, aku ketemu orang-orang adatnya langsung. Aku melihat cara mereka hidup, cara mereka melanjutkan tradisi dari nenek moyang mereka," kisah Cinta.
Cinta Laura juga melihat bagaimana masyarakat Papua sangat menyambut baik kehadiran orang-orang dari luar tanah mereka.
"Aku melihat bagaimana warga Papua itu sangat tulus, sangat baik, hatinya penuh cinta, dan sangat meng-embrace tamu-tamu yang datang ke tanah mereka," kenang Cinta.

Pengalaman itu yang membuat Cinta Laura terbawa emosi saat melihat alam Raja Ampat mulai dirusak pertambangan nikel.
"Aku udah pengin nangis tiap hari. Kenapa orang-orang semurni itu dieksploitasi oleh penduduk mereka sendiri?," tanya Cinta.
"Aku nggak tega kalau salah satu last paradise ini dieksploitasi, karena ini udah cukup," lanjut sang aktris.
Bukan berarti Cinta Laura tidak mendukung kemajuan bangsa lewat upaya pemerintah menghadirkan energi bersih lewat pengolahan nikel.
Namun, tanah Papua dirasa Cinta Laura sudah terlalu lama dieksploitasi kekayaan alamnya untuk kepentingan segelintir kalangan saja.
"Kita sudah hidup di masa, di mana banyak sekali orang, yang saking serakahnya, tidak tahu kapan harus berhenti, kapan harus merasa cukup," keluh Cinta.
Ada baiknya menurut Cinta Laura, untuk giliran pemerintah memikirkan ramuan kebijakan yang tepat untuk melindungi hak-hak masyarakat Papua.
"Kita harus mikirin, apa yang membuat mereka bahagia. Apa yang bisa menggaransi budaya mereka bisa terus berlangsung," ucap Cinta.
Kabar kerusakan alam Raja Ampat imbas praktek pertambangan nikel pertama dibagikan Greenpeace Indonesia, lewat sebuah tulisan panjang serta bukti dokumentasi di Instagram.
"The Last Paradise. Satu per satu keindahan alam Indonesia dirusak dan dihancurkan, hanya demi kepentingan sesaat dan golongan oligarki serakah," tulis Greenpeace Indonesia belum lama ini.
Bahkan bukan hanya Raja Ampat, pertambangan nikel yang jadi bagian program hilirisasi pemerintah sudah meninggalkan kerusakan di berbagai wilayah seperti di Sulawesi dan Maluku.
"Hilirisasi nikel, yang digadang-gadang sebagai jalan menuju energi bersih, telah meninggalkan jejak kehancuran di berbagai tempat, dari Sulawesi hingga Maluku," papar Greenpeace Indonesia dalam lanjutan tulisannya.
Untungnya, pemerintah memenuhi janji melindungi kawasan wisata Raja Ampat dengan mencabut izin empat perusahaan tambang nikel, termasuk mereka yang beroperasi di Pulau Kawe.
Menurut cerita Angela Gilsha, lokasi tambang di Pulau Kawe berdekatan dengan titik wisata Wayag, yang dikenal dengan keindahan alam bawah lautnya.
Pembukaan lahan tambang di sana, disebut Angela Gilsha, sudah mulai mencemari area laut sekitar pulau dan dikhawatirkan akan meluas ke wilayah lain.
"Pasir-pasir yang masuk ke laut itu merusak koral," keluh Angela dalam video yang baru-baru ini diunggah Greenpeace Indonesia di Instagram.
Tinggal area Pulau GAG saja yang masih dipertahankan sebagai wilayah pertambangan nikel, dengan dalih tidak mengancam kelestarian lokasi wisata populer di Raja Ampat.