Ulasan Film
Secara keseluruhan, film Dangerous Animals dapat disebut sebagai film yang menegangkan sejak awal sampai akhir, penonton hampir tak pernah dibuat bernapas lega.
Film ini memang tak memberi ruang istirahat bagi penontonnya. Ketegangan hadir terus-menerus, ditambah dengan plot twist yang muncul sejak awal.
Sosok Zephyr, yang awalnya tampak sebagai korban biasa, lambat laun menunjukkan karakternya sebagai seorang pejuang sejati.
Bahkan, si antagonis Tucker sempat menyebut Zephyr sebagai seorang pejuang, dan sepanjang film, Zephyr benar-benar membuktikannya.
Salah satu momen yang disebut mencolok oleh penonton adalah hubungan singkat Zephyr dan Moses.
Meski terasa canggung, momen intim itu berhasil menyelamatkan cerita dari kejenuhan dan memberi kedalaman emosional di tengah teror.
![Review Dangerous Animals. [JoBlo]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/23/85564-review-dangerous-animals.jpg)
Pujian juga datang untuk aspek teknis film: mulai dari akting para pemeran yang meyakinkan, set yang mewakili isolasi dan bahaya di laut, hingga pencahayaan dan sinematografi yang mendukung atmosfer menyeramkan.
Namun, film ini tidak sepenuhnya lepas dari kritik. Alur cerita terasa berjalan terlalu cepat dan tidak cukup menggali latar belakang Tucker.
Baca Juga: Kolaborasi Epik Klinik Kecantikan dan Industri Film: Bikin Talent Glow Up dari Dalam dan Luar
Karakter villain ini memang tampil mengerikan, namun tidak diberi motif yang cukup jelas. Dia hanya tampil sebagai sosok psikopat tanpa alasan, yang sedikit mengurangi bobot psikologis film ini.
Makna "Hewan Berbahaya" yang Sesungguhnya
Menariknya, meski judul film ini mengarah ke ancaman dari hiu, ternyata hewan buas dalam film ini bukanlah predator laut tersebut.
Justru manusia sendiri yang digambarkan sebagai makhluk paling kejam, licik, dan tidak terduga.
Ide ini diperkuat dengan bagaimana Tucker memanfaatkan hiu sebagai alat pembunuh, bukan sebagai ancaman utama.
Film ini secara tidak langsung mempertanyakan siapa yang sebenarnya lebih berbahaya, binatang buas yang bertindak sesuai naluri, atau manusia yang menggunakan akal sehatnya untuk membunuh secara sistematis.