Suara.com - Kisah heroik Abdul Haris Agam atau Agam Rinjani selama proses evakuasi jenazah Juliana Marins terus menjadi sorotan.
Video evakuasi ekstremnya di jurang Gunung Rinjani viral dan menuai pujian luas, termasuk dari media Brasil.
Namun, muncul suara kritis dari sesama tim penyelamat yang menilai bahwa sorotan publik terlalu terpusat pada Agam seorang.
Salah satu suara yang mencuat adalah dari Rio Pratama, anggota tim SAR yang juga terlibat langsung dalam proses evakuasi jenazah Juliana.
Melalui unggahan di akun Instagram @riodansatyo, Rio menyampaikan keresahan dan kekecewaannya terhadap narasi publik yang menjadikan Agam sebagai satu-satunya pahlawan dalam proses penyelamatan tersebut.
"Jutaan orang bilang @agam_rinjani adalah pahlawan. Pertanyaan saya, apakah bisa agam evakuasi sendiri?" tulis Rio.
"Apakah bisa Agam membawa dan mempersiapkan peralatan untuk evakuasi sendiri ?" sambungnya.
Rio menyertakan video para anggota tim SAR yang juga bergelantungan di jurang dan mempersiapkan alat evakuasi.
Dia menekankan bahwa keberhasilan misi evakuasi Juliana adalah hasil dari kerja tim yang solid.
Baca Juga: Hasil Autopsi Juliana Marins, Meninggal Kurang dari 20 Menit Usai Terjatuh
Rio menyebut total ada sekitar 30 orang yang terlibat dalam proses tersebut.
"Empat rescuer di titik Korban, 3 rescuer standby di pelataran ujung tebing, 23 rescuer support system peralatan di Atas punggungan," tulisnya lagi, memperjelas pembagian tugas yang terjadi di lapangan.
Dia pun menyatakan bahwa dirinya dan tim tidak berharap disebut sebagai pahlawan.
Mereka hanya menjalankan tugas atas dasar kemanusiaan dan menjaga nama baik Indonesia.
Namun, kekecewaan Rio memuncak saat melihat adanya penggalangan donasi atas nama Agam Rinjani tanpa sepengetahuan anggota tim lainnya.
"Yang membuat saya miris dan sedih adalah ketika muncul sebuah postingan bahwa ada Open Donasi untuk Agam. Ini ada apa? Kenapa tidak memberi tau tim, perihal ini?" ujar Rio.
![Abdul Haris Agam, atau lebih dikenal dengan nama Agam Rinjani [Suara.com/Istimewa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/26/11722-agam-rinjani.jpg)
Rio bahkan menunjukkan bukti bahwa dana donasi yang masuk ke rekening atas nama Agam telah menyentuh angka lebih dari Rp1 miliar.
Dia mempertanyakan transparansi dan niat dari penggalangan dana tersebut, mengingat tidak ada diskusi atau koordinasi sebelumnya dengan tim SAR lainnya.
"Mau sampai berapa miliar bro? Kenapa harus ada donasi-donasian bro," tulisnya di Insta Story, sembari menandai akun @agam_rinjani.
Setelah kritik itu muncul, postingan mengenai donasi di akun Instagram Agam pun menghilang.
Namun bagi Rio, penghapusan itu bukanlah solusi.
"Kenapa dihapus Postingan Donasi di feed nya @agam_rinjani! Teman-teman team hanya butuh penjelasan," tegasnya.
"Di luar empati masyarakat Brasil, ini sangat tidak etis. Karena dari awal tidak ada program donasi-donasi macam ini apalagi sampai ke rekening pribadi dan mengatasnamakan untuk team," lanjutnya.
Di sisi lain, Agam Rinjani tetap menjadi pusat perhatian dan simbol keberanian dalam narasi publik.
Dia merupakan salah satu dari empat relawan yang turun langsung ke dasar jurang sedalam 600 meter untuk mengevakuasi jenazah Juliana Marins.
Bersama timnya, Agam bermalam di pinggir jurang curam dalam suhu dingin ekstrem, menghindari risiko longsor dan batu jatuh, demi memastikan jenazah bisa diangkat dengan aman.
Kisah dramatis itu dia bagikan melalui akun Instagram-nya, yang kemudian menyebar luas dan menuai banyak simpati, termasuk dari media Brasil.
Warga Brasil bahkan menggalang donasi sebagai bentuk apresiasi atas aksi Agam yang dianggap sangat menginspirasi.
Donasi yang awalnya ditolak oleh Agam, pada akhirnya diterima dengan janji akan dibagi bersama rekan-rekan yang turut serta dalam proses evakuasi.
Namun, bagi sebagian rekan di lapangan seperti Rio, janji itu datang terlambat dan tidak menghapus rasa kecewa atas ketidakterbukaan sejak awal.
Kontributor : Chusnul Chotimah