Rage Against The Machine: Mengapa Amarah Mereka Abadi dan Relevan hingga Kini?

Ferry Noviandi Suara.Com
Sabtu, 28 Juni 2025 | 09:06 WIB
Rage Against The Machine: Mengapa Amarah Mereka Abadi dan Relevan hingga Kini?
Rage Against The Machine. [Instagram]

Tidak ada diskusi tentang RATM yang lengkap tanpa menyebut kejeniusan Tom Morello. Lulusan Harvard ini mengubah pandangan dunia tentang apa yang bisa dilakukan oleh sebuah gitar listrik.

Alih-alih hanya memainkan solo melodi yang standar, Morello menyiksa gitarnya untuk menghasilkan suara-suara yang tidak lazim.

Dengan pedal wah-wah, killswitch, dan teknik inovatifnya, ia mampu meniru suara DJ-scratching, sirene polisi, hingga ledakan bom.

Riff dalam "Bulls on Parade" atau "Guerilla Radio" begitu ikonik dan langsung dikenali, menjadi cetak biru bagi ribuan gitaris rock dan metal setelahnya.

Rage Against The Machine. [Instagram]
Rage Against The Machine. [Instagram]

Morello adalah bukti bahwa instrumen bisa menjadi perpanjangan tangan dari ideologi.

Ironi Reuni dan Warisan yang Tak Padam

Perjalanan RATM sendiri penuh dengan gejolak. Bubar pertama kali pada tahun 2000, reuni beberapa kali, hingga yang terakhir tur reuni "Public Service Announcement" yang sangat dinanti harus terhenti karena cedera Achilles Zack de la Rocha di atas panggung.

Ironisnya, awal tahun 2024, drummer Brad Wilk mengumumkan bahwa band ini tidak akan melanjutkan tur atau tampil lagi, menandai pembubaran ketiga kalinya.

Seolah-olah, mesin perlawanan ini terlalu volatil untuk bisa terus berjalan tanpa henti.

Baca Juga: Sugeng Wengi dari Rahma Diva: Balada Patah Hati Balungan Kere yang Siap Bikin Ambyar

Meskipun status band ini kembali menggantung, warisan mereka tak terbantahkan.

RATM menginspirasi gelombang band nu-metal dan rap-rock di akhir 90-an dan awal 2000-an. Namun, pengaruh mereka jauh lebih dalam dari sekadar genre.

Mereka membuktikan bahwa musik dengan pesan politik yang keras bisa sukses secara komersial tanpa harus menjual jiwanya.

Di era di mana aktivisme seringkali terasa hanya sebatas tagar di media sosial, mendengarkan RATM adalah sebuah pengalaman katarsis—pengingat bahwa amarah yang terarah bisa menjadi bahan bakar untuk perubahan.

Pesan mereka seakan terus bergema, seperti yang pernah mereka sampaikan, "Sistem ini memang dirancang untuk membuatmu merasa kecil dan tak berdaya, tapi suara kolektif kita adalah badai yang tak bisa mereka abaikan."

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI