Suara.com - Klarifikasi Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terkait kontroversi istri sang Menteri, Agustina Hastarini alias Tina Astarini mengundang tanda tanya publik.
Sebelumnya, Kementerian UMKM menjadi sorotan setelah beredarnya surat resmi yang mencantumkan nama istri Menteri UMKM dalam rangkaian kunjungan ke sejumlah negara Eropa.
Surat tersebut menyebutkan bahwa perjalanan itu bertujuan untuk menjalankan "misi budaya."
Namun, banyak pihak mempertanyakan motif sebenarnya di balik kunjungan tersebut, terutama karena menyangkut penggunaan fasilitas negara.
Menteri UMKM, Maman Abdurrahman akhirnya memberikan klarifikasi resmi pada Jumat, 4 Juli 2025.
Dia menegaskan bahwa keberangkatan istrinya ke Eropa tidak berkaitan dengan kegiatan kedinasan dan bukan bagian dari agenda kementerian.
Menurut Maman Abdurrahman, tujuan utama perjalanan itu adalah untuk mendampingi anak mereka yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) dalam sebuah kompetisi internasional.
Maman juga menekankan bahwa seluruh biaya perjalanan, mulai dari akomodasi, transportasi, hingga konsumsi, ditanggung secara mandiri oleh istrinya.
Bahkan, menurutnya, pembayaran telah dilakukan sejak Mei 2025, jauh sebelum surat resmi yang kini beredar luas itu diketahui publik.
Baca Juga: Harta Menteri UMKM Maman Abdurrahman Disorot usai Istri Diduga Minta Fasilitas Negara
Maman juga membantah pernah memberikan disposisi atau instruksi kepada jajarannya untuk menerbitkan surat bernomor B-466/SM.UMKM/PR.01/2025 tersebut.
![Tina Astari bersama suami, Maman Abdurrahman dan kedua anaknya berpose bersama Presiden Prabowo Subianto. [Instagram]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/04/82727-tina-astari-dan-maman-abdurrahman.jpg)
Namun, pernyataan Maman Abdurrahman ini memunculkan kebingungan baru. Sebab, sebelumnya pihak Kementerian UMKM sendiri telah memberikan penjelasan yang justru bertolak belakang.
Dalam klarifikasi terdahulu, kementerian menyebut bahwa kunjungan Tina Astari ke negara-negara seperti Belgia, Prancis, Italia, Turki, dan Belanda merupakan bagian dari misi budaya yang mendukung upaya diplomasi lunak Indonesia.
Disebutkan pula bahwa kegiatan itu bertujuan memperluas jejaring kerja sama di bidang UMKM, budaya, dan seni dengan para mitra di Eropa.
Surat yang beredar bahkan ditujukan ke berbagai Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dan Konsulat Jenderal RI di kota-kota besar seperti Sofia, Brussel, Paris, Bern, Roma, Den Haag, dan Istanbul.
Dalam surat tersebut, kementerian meminta KBRI untuk memberikan fasilitasi dan pendampingan kepada rombongan selama kegiatan berlangsung.