Suara.com - Komika sekaligus sutradara, Pandji Pragiwaksono memberikan ulasan yang luar biasa emosional untuk film terbaru garapan sutradara Yandy Laurens, Sore: Istri dari Masa Depan.
Melalui kanal YouTube-nya, Pandji Pragiwaksono tak kuasa menahan haru dan decak kagum hingga menyebut film Sore sebagai salah satu film Indonesia favoritnya yang berhasil membuatnya menangis sampai tiga kali.
Saking terkesannya, Pandji mengungkapkan sebuah penyesalan unik setelah menonton film yang dibintangi oleh Dion Wiyoko dan Sheila Dara tersebut.
Pandji Pragiwaksono berharap bisa merasakan pengalaman menontonnya untuk pertama kali lagi dan lagi.
"Sekarang, pernah nggak lu punya film yang bikin lu pengen ngomong, 'Duh, gue pengen banget deh nonton ini untuk pertama kali lagi.' Tahu nggak lo? Saking, saking, saking pengalamannya menyenangkan," ujar Pandji Pragiwaksono dalam video review-nya yang diunggah pada Selasa, (15/7/2025).
Menurutnya, Film Sore: Istri dari Masa Depan kini menempati posisi puncak dalam daftar film yang ingin ia lupakan agar bisa kembali menikmati kejutannya sebagai penonton baru.
"Urutan teratas film yang pengen banget gue tonton ulang lagi untuk pertama kali, bukan sekadar tonton ulang, gue pengen nonton itu untuk pertama kali lagi adalah 'Sore: Istri dari Masa Depan' ini," tegasnya.
"Gue rela ribuan kali mendapatkan pengalaman nonton film itu untuk pertama kali," lanjutnya.
Sebuah Surat Cinta untuk Penikmat Sinema
Baca Juga: Bukan Bad Cover Seperti Mayang, Ini yang Diberikan Fuji untuk Gala Sky di Hari Ultahnya
Pria 46 tahun ini juga memberikan apresiasi tinggi kepada sang sutradara, Yandy Laurens yang sebelumnya juga sukses dengan Jatuh Cinta Seperti di Film-film.
Baginya, film Sore bukanlah sekadar produk komersial melainkan sebuah karya yang lahir dari kecintaan mendalam terhadap sinema.
"Film ini oleh sutradaranya, Yandy Laurens, bukan film biasa," kata Pandji.
Ia merasa setiap elemen dalam film ini, termasuk strategi promosi yang sengaja tidak membocorkan banyak hal dirancang untuk melindungi dan memaksimalkan pengalaman emosional penonton.

"Film ini didesain untuk perasaan kita, karena dia peduli dengan perasaan kita," tambah Pandji Pragiwaksono.
Kekagumannya pada totalitas tim di balik layar membuatnya yakin bahwa film ini dibuat dengan hasrat yang tulus.