Suara.com - Penyakit yang menggerogoti tubuhnya ternyata tidak hanya berdampak pada fisik, tetapi juga membawa perubahan signifikan pada batin seniman Jaja Miharja.
Sosok yang selama ini dikenal publik sebagai pribadi yang riang, enerjik, dengan jargon khas "Apaan Tuh?", kini menunjukkan sisi yang berbeda.
Pria berusia 83 tahun itu mengaku bahwa kondisinya saat ini membuatnya lebih banyak menghabiskan waktu dalam keheningan dan perenungan. Sebuah transformasi yang cukup drastis dari citranya selama ini.
"Ayah sekarang banyak jadi pendiam, merenung," kata Jaja Miharja dalam sebuah wawancara di kawasan Tendean, Jakarta, Selasa, 22 Juli 2025.
Perenungan mendalam itu membawanya pada sebuah pertanyaan fundamental tentang kehidupannya, sebuah introspeksi yang mungkin tidak pernah terpikirkan olehnya saat masih sehat dan bugar.
![Jaja Miharja dirawat di RS St. Carolus, Jakarta Pusat pada Sabtu, 31 Mei 2025. [Rena Pangesti/Suara.com]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/05/31/94268-jaja-miharja.jpg)
"Kenapa gue bisa sakit?" lanjut Jaja.
Titik balik ini membuatnya melihat masa lalunya dari sudut pandang yang berbeda. Ada sebersit penyesalan atas gaya hidup dan kebiasaan yang tidak terlalu memperhatikan kesehatan di masa muda.
"Iya, kenapa nggak dari dulu? Karena memang penyakit," ucap Jaja, seolah menjawab pertanyaannya sendiri.
Meski jadi lebih pendiam, bukan berarti Jaja Miharja kehilangan semangat hidupnya.
Baca Juga: Semangat Baja Jaja Miharja: Fisik Boleh Terbatas, Tapi Tawaran Syuting Tetap Dilibas
Sang anak, Vita, menyebut bahwa sisi "rewel" dan keinginan kuatnya sebagai orang tua tetap ada, terutama jika menyangkut hal-hal yang ia inginkan.
"Ya tetep kalau maunya, maunya ya. Walaupun nyobain-nyobain dikit, misalnya makan yang ngelarang. Tapi nyobain dikit, nggak apa-apa," kata Vita.
Vita juga menjelaskan bahwa keluarga berusaha memenuhi keinginan ayahnya untuk mengurangi rasa penasaran, seperti mengajaknya jalan-jalan jika ia menginginkannya.
Bahkan, Jaja Miharja sendiri mengakui bahwa sifatnya yang tidak bisa diam terkadang masih muncul, meski dalam bentuk yang lebih terkendali.
"Meleng-meleng lah," katanya.

Transformasi batin ini telah membentuk Jaja Miharja menjadi pribadi yang lebih bijaksana.