Kisah Kadir: Ketika Panggung Komedi Berganti Jadi Etalase Digital di Usia Senja

Kamis, 24 Juli 2025 | 09:14 WIB
Kisah Kadir: Ketika Panggung Komedi Berganti Jadi Etalase Digital di Usia Senja
Pelawak Kadir [Tangkap Layar]

Suara.com - Roda kehidupan terus berputar, dan bagi pelawak legendaris Kadir, putaran itu membawanya ke sebuah panggung yang tak pernah ia duga: dunia afiliasi online shop.

Ini adalah kisah tentang resiliensi, adaptasi, dan keberanian untuk memulai babak baru ketika tabungan menipis dan panggung hiburan tak lagi seramai dulu.

Titik balik ini bukan keputusan yang datang tiba-tiba, melainkan buah dari perenungan di tengah tantangan ekonomi.

Usaha kuliner yang pernah menjadi harapan harus meredup pasca-pandemi, dan simpanan yang dulu melimpah kini menyentuh angka yang membuatnya was-was.

"Paling ada sekitar Rp 5 juta. Kalau saya yang dulunya ratusan bisa pernah miliaran sekarang hanya Rp 5 juta sangat kecil ya. Besok bayar listrik sekian, sudah habis," tutur Kadir, Rabu (23/7/2025) dalam tayangan Pagi Pagi Ambyar. 

Ia merasakan betul bagaimana kondisi tersebut memaksanya mencari jalan keluar.

"Sementara saya punya usaha rumah makan dari COVID sudah menurun pendapatannya, hanya cukup untuk rumah tangga saja, pas-pasan, berarti kita gak bisa nabung. sewaktu-waktu ada kebutuhan mendadak, bingung," ungkapnya.

Di tengah ketidakpastian itu, hiburan digital justru menjadi sumber inspirasi. Dari layar ponsel, sebuah ide mulai bersemi.

"Setiap hari hiburan saya berbulan-bulan itu hanya TikTok, Youtube, gak ada lain. Lama-lama tergiur juga dengan afiliator-afiliator yang pamer dengan penghasilannya itu, tapi saya mikir, 'Apa bisa saya terjun ke sini?'" sambungnya.

Baca Juga: Bukan Ibu Biasa! Video 'Mama Muda' Bikin Netizen Salah Fokus

Namun, langkah untuk terjun ke dunia afiliasi tidaklah mudah.

Ada pergulatan batin yang harus ia hadapi, terutama menyangkut nama besar yang telah ia bangun selama puluhan tahun di industri hiburan.

"Yang dulu saya punya nama besar. Mohon maaf lo ya, saya gak mengecilkan afiliator, tapi dari bintang film ya, terus turun jadi afiliator hanya menawarkan satu produk yang murah. Itu sebenarnya saya mikir waktu itu," akunya.

Pada akhirnya, kebutuhan dan dukungan keluarga menjadi kekuatan pendorong.

"Saat-saat banyak kebutuhan (alasan jadi afiliator), jelas ya. Kita hidup itu setiap hari ada kebutuhan, di dalam perjalanan gak tahu, tahu-tahu surut aja. Begitu surut kita sudah mulai berpikir, gimana ini, jalan apa yang harus saya tempuh," cerita Kadir.

Dukungan sang anak menjadi kunci pemecah keraguan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI