Suara.com - Aksi Nikita Mirzani acungkan jari tengah kembali mencuri perhatian publik. Momen mengejutkan itu terjadi dalam persidangan lanjutan kasus dugaan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) dan pengancaman, di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (24/7/2025).
Dalam sidang yang menghadirkan pelapor Reza Gladys sebagai saksi, Nikita tampak hadir lebih dulu dan duduk di kursi terdakwa.
Dengan raut wajah santai, selebritas berusia 39 tahun ini menyapa para pendukungnya yang duduk di sisi kanan ruang sidang. Bahkan, ia sempat memeluk sejumlah kerabat dan melambaikan tangan, menunjukkan gestur ramah.
Situasi berubah saat Nikita menoleh ke arah sisi kiri ruang sidang, tempat pendukung Reza Gladys berada. Dengan ekspresi penuh sindiran, Nikita Mirzani acungkan jari tengah ke arah mereka.
Aksi itu dilakukan tepat ketika Reza memberikan kesaksian terkait laporan yang menjeratnya.
Momen tersebut sontak memancing reaksi dari artis Ayu Aulia, yang berada di barisan pendukung Reza. Dalam unggahan Instagram Story-nya, Ayu menyindir tindakan Nikita.
"Ami kok fu** ke kita siehh. Kok gitu sieh ami, kita kan sudah datang lho," tulis Ayu, menyebut “Ami” sebagai panggilan akrab Nikita.
Aksi kontroversial Nikita Mirzani acungkan jari tengah itu juga menjadi perhatian media karena dilakukan di dalam ruang persidangan resmi yang dipimpin oleh majelis hakim.
Selain Ayu Aulia, persidangan juga dihadiri pedangdut Siti Badriah dan suaminya, Krisjiana Baharuddin, yang datang memberi dukungan moril kepada Reza Gladys. Reza merupakan pelapor dalam kasus yang menjerat Nikita, dan tengah menjalani proses sebagai saksi kunci dalam sidang tersebut.
Sejarah Acungkan Jari Tengah
Gestur acungkan jari tengah bukan hal asing di berbagai budaya, termasuk di Indonesia. Meski kerap dianggap sekadar ekspresi kemarahan atau ejekan, ternyata gestur ini menyimpan sejarah panjang sejak era Romawi kuno.
Bahkan, arti acungkan jari tengah telah berubah makna dari masa ke masa, dari simbol seksual hingga bentuk protes sosial.
Menurut sejarawan, acungkan jari tengah sudah digunakan sejak zaman Kekaisaran Romawi. Pada era Kaisar Augustus, jari tengah digunakan untuk mengejek penampilan penghibur. Di masa Kaisar Caligula yang terkenal kejam, gestur ini bahkan dijadikan simbol penghinaan ekstrem, lawan politiknya dipaksa mencium jari tengahnya.
Ahli antropologi asal Inggris, Desmond Morris, dalam wawancara bersama BBC tahun 2012, menjelaskan bahwa gestur ini berasal dari Yunani kuno dan dianggap sebagai representasi alat kelamin pria.
"Jari tengah adalah penis dan jari-jari yang terlipat lainnya adalah testis. Dengan melakukan ini berarti Anda memperlihatkan gestur phallus," ujar Morris.
Morris menambahkan, saat ini arti acungkan jari tengah telah mengalami pergeseran. Ia tidak melulu bermakna seksual atau penghinaan, namun bisa menjadi bentuk ekspresi kemarahan, protes politik, hingga simbol perlawanan generasi muda dalam musik dan budaya pop.
“Gestur ini tertanam dalam kehidupan sehari-hari di negara ini dan lainnya. Artinya bisa banyak hal, seperti protes, kemarahan, atau kegembiraan, tidak hanya phallus,” ujarnya.
Dalam sejarah lainnya, Diogenes Laertius, seorang filsuf abad ke-3, juga diketahui sering mengacungkan jari tengah kepada politisi Yunani, seperti Demosthenes, sebagai bentuk kritik terhadap demagogi politik.
Di kalangan bangsa Romawi, gestur ini dikenal sebagai digitus impudicus atau "jari hina" — simbol yang penuh ejekan dan sering dikaitkan dengan pelecehan seksual.
Menariknya, berbagai negara punya versi gestur penghinaan masing-masing. Di Prancis, ada bras d'honneur, yaitu mengangkat lengan sambil memukulnya dengan tangan lain.
Di Inggris, dikenal “two-fingered salute”, dua jari membentuk huruf "V" dengan punggung tangan menghadap depan, yang dikenal berasal dari masa Perang Agincourt tahun 1415.
Meski maknanya lebih beragam, gestur ini tetap menjadi simbol kuat dalam menyuarakan ketidakpuasan atau perlawanan.