Merah Putih: One For All justru dianggap sebagai penurunan signifikan yang membuat ekspektasi publik kembali merosot.
Ryan Adriandhy, sutradara sekaligus penulis Jumbo, turut memberikan tanggapan melalui akun X pribadinya.
Dalam unggahannya, dia menekankan pentingnya menggarap animasi dengan niat tulus dan keseriusan penuh.
"Kita upayakan terus yang bagus semampunya," tulis Ryan seperti dikutip pada Jumat, 8 Agustus 2025.
Menurutnya, karya yang dibuat asal-asalan dan tanpa tujuan jelas akan tersingkir seiring waktu.
"Terus, terus, sampai akhirnya, yang dibuat dengan niat tidak tulus dan cara asal-asalan semakin tersingkirkan dan tidak punya alasan untuk minta didukung," ujar Ryan.
"Memang perlu yang gelap untuk tahu masa depan animasi Indonesia bisa terang," tuturnya.
Ungkapan Ryan memicu dukungan luas dari warganet yang berharap dunia animasi Indonesia lebih mengedepankan kualitas daripada kepentingan politik atau bisnis semata.
Banyak yang menilai bahwa momentum kemerdekaan seharusnya dimanfaatkan untuk menghasilkan karya yang benar-benar membanggakan.
Baca Juga: Kampanye Nasionalisme Gagal Sentuh Hati? Film 'Merah Putih One for All' Menuai Banyak Kritik
Meskipun kritik mendominasi, ada pula pihak yang tetap memberikan apresiasi terhadap upaya pembuatan film animasi bertema kebangsaan ini.
Beberapa berpendapat bahwa setiap langkah produksi animasi di Indonesia, meski belum sempurna, tetap menjadi bagian dari proses belajar industri.
Catatan yang muncul adalah pentingnya evaluasi dan peningkatan kualitas untuk produksi di masa depan.
Dengan begitu, pesan persatuan dan nasionalisme dapat tersampaikan dengan kuat dan diterima oleh berbagai kalangan penonton.
Hingga saat ini, pihak produser Perfiki Kreasindo belum memberikan tanggapan resmi terkait gelombang kritik yang mengiringi perilisan trailer tersebut.
Publik masih menunggu apakah akan ada klarifikasi mengenai proses produksi dan penggunaan anggaran film ini.