Suara.com - Pernikahan biasanya menjadi momen berkumpul bagi para undangan yang hadir, khususnya untuk keluarga dan teman.
Namun kisah pernikahan ini berbeda karena tamu yang datang harus membayar tiket masuk pernikahan.
Ya, sepasang pengantin asal Amerika Serikat ini nampaknya tengah mencoba menantang pakem dengan konsep berbeda.
Marley Jaxx dan Steve J. Larsen, keduanya pengusaha asal Eagle, Idaho, memilih jalan yang tidak biasa untuk merayakan hari istimewa mereka.
Mereka memutuskan untuk nekat menjual tiket pernikahan pada calon tamu undangan yang hadir.

Tujuannya adalah menghindari utang dan membuktikan bahwa pesta pernikahan bisa dibiayai sendiri.
Ternyata, keputusan untuk menjual tiket pernikahan berawal dari kebingungan mereka lantaran biaya pernikahan yang terasa tidak masuk akal karena luar biasa mahalnya.
Misalnya, biaya sebesar USD650 atau sekitar Rp10 juta hanya untuk jasa memotong kue.
Mengingat biaya pernikahan yang sangat besar, pasangan ini pun mencoba untuk mengubah pernikahan menjadi sebuah acara berbayar.
Baca Juga: Suasana Haru Pengajian Jelang Pernikahan Nadin Amizah dengan Adik Sheila Dara 8 Agustus Mendatang
Dengan konsep ini, mereka mengundang orang yang benar-benar ingin hadir sambil menghapus tekanan finansial di awal pernikahan.
Adapun dalam konsep pernikahan ini, Marley dan Steve menjual dua jenis tiket. Tiket pertama adalah tiket dasar seharga USD57 atau sekitar Rp900 ribu per orang.
Pemegang tiket ini mendapatkan akses untuk menghadiri upacara dan resepsi yang diadakan pada 1 Agustus 2025 di Honalee Farm, Eagle.
Sedangkan ppilihan kedua adalah paket VIP seharga USD997 atau sekitar Rp16 juta untuk dua orang.
Paket ini memberikan pengalaman selama tiga hari penuh, termasuk persiapan makan malam sebelum acara puncak, biohacking brunch setelah pesta, kursi prioritas, hingga promosi profil brand tamu di program acara.
Menurut Marley dan Steve, konsep penjualan tiket ini menghapus tradisi memberi hadiah pernikahan. Sekitar 100 tiket dasar dan 30 tiket VIP berhasil terjual.
Menurut anggapan Steve, banyak orang membayar lebih mahal untuk konser atau makan malam mewah sehingga harga tiket ini dianggap wajar.
Marley pun menegaskan bahwa ini bukan ajang mencari keuntungan semata, melainkan menciptakan pengalaman berkesan menikah tanpa beban utang.
Marley dan Steve awalnya hanya menargetkan tiket penjualannya dapat menutupi dalam biaya penyelenggaraan pernikahan mereka.
Namun ternyata, hasil yang didapat jauh melampaui target. Setelah semua biaya tertutupi, mereka berhasil mengumpulkan keuntungan bersih sebesar USD132.550 atau setara Rp2,1 miliar.
Marley dan Steve mengaku jika keuntungan tiket penjualan pernikahan mereka tersebut sepenuhnya disumbangkan kepada Village Impact, sebuah organisasi yang berfokus pada pembangunan sekolah, penyediaan air bersih, dan produk kebersihan untuk anak-anak di Kenya.
Rencananya, pada Juli 2026 mereka akan terjun langsung membantu pembangunan proyek tersebut di Kenya.
Selain itu, mereka meluncurkan situs resmi bernama WeddingFunnels.com, sebuah platform yang memberikan panduan lengkap untuk pasangan lain yang ingin mengadopsi konsep serupa.
Panduan ini mencakup penjualan tiket, kerja sama dengan sponsor, hingga barter jasa. Marley berharap konsep ini menjadi inspirasi agar pernikahan tidak lagi identik dengan utang, melainkan dengan makna, kebebasan, dan manfaat yang dirasakan banyak orang.
Akan tetapi, meski ide menjual tiket pernikahan ini cukup unik, nyatanya pernikahan ala Marley dan Steve ini tetap menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan masyarakat.
Sebagian orang menganggapnya mengganggu tradisi dan menolak untuk hadir karena keberatan membeli tiket yang terbilang cukup mahal hanya untuk datang ke pesta pernikahan.
Di sisi lain, dukungan besar datang dari komunitas online yang dimiliki oleh Marley dan Steve.
Banyak pasangan yang merasa terbebani biaya pernikahan terinspirasi untuk mencari metode serupa, yakni menjual tiket pernikahan mereka sendiri.
Bagaimana? Kalian tertarik untuk memakai konsep wedding ala Marley dan Steve?
Kontributor : Anistya Yustika