"Saya pernah kasih pasar gratis, pasar yang dia punya disewakan. Terus dia dagang di trotoar," imbuhnya.
Dari serangkaian pengalamannya itulah, Dedi Mulyadi menyimpulkan bahwa bibit-bibit korupsi dan nepotisme sesungguhnya tertanam di berbagai elemen masyarakat, bukan hanya di lingkungan elite politik.
Kang Dedi melihatnya sebagai cerminan kultur yang perlu diperbaiki secara bersama-sama, dari atas hingga ke bawah.
"Jadi, sifat korupsi, sifat nepotisme tidak hanya milik politisi kayak Dedi Mulyadi tapi rakyat juga mmemilikinya," ujar Dedi Mulyadi.
Pernyataan Dedi Mulyadi ini lantas menuai beragam komentar warganet, ada yang sepakat dengannya dan ada pula yang memiliki pandangan lain.
"Gimana ya pak, mungkin (tidak membenarkan) mereka gitu karena keadaan. Tidak difasilitasi, enggak punya kesempatan, enggak disejahterakan. Coba mulai dulu dari kalian yang gampang berubah. Kalian sesulit apa sih sampai harus korupsi?" kata @dewdew***.
"Gini amat punya pejabat," ujar @rmdhn***.
"Aku sependapat dengan bapak, enggak usah jauh-jauh pak. Saudara sendiri aja serakah, apalagi sama warisan," komentar @rajum***.
"Bener, beda porsinya aja, Semua tentang kesempatan," imbuh @miss***.
Baca Juga: Cuma Butuh 4 Jam, Presiden Prabowo Pecat Wamenaker Immanuel Ebenezer